Tabir Surya Herbal dari Tanaman Sambiloto, Inovasi Dosen ITS
Tabir surya atau lebih dikenal dengan sunblock memang dibutuhkan oleh masyarakat di daerah tropis, seperti Indonesia. Tabir surya sendiri berguna untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari.
Biasanya produk-produk tabir surya dibuat dari beberapa bahan kimia. Namun, berbeda dengan yang dilakukan dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Fredy Kurniawan yang baru-baru ini meneliti ekstrak tanaman sambiloto sebagai anti radiasi Ultraviolet (UV).
“Di sini kami mencoba menggali lebih dalam potensi lain yang belum pernah dikembangkan pada penelitian sebelumnya, yang penting tanaman ini tersedia melimpah di Indonesia dengan budidayanya yang mudah,” ungkap Kepala Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data ITS ini.
Pada penelitian yang dibantu tim mahasiswa ini, terang Fredy, untuk mengekstraksi tanaman obat menggunakan metode maserasi. Selanjutnya, untuk metode analisis menggunakan metode spektrofotometri Ultraviolet dan spektrofotometri fluoresens.
"Sedangkan untuk metode karakterisasi hasil ekstraksi menggunakan metode spektrometri infra merah atau Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan kromatografi Liquid Chromatography-Mass Spectrometer (LCMS/MS)," papar Fredy.
Jelas Fredy, secara prinsip, pertama tanaman obat sambiloto diambil bagian daunnya kemudian dipreparasi dan dilakukan proses maserasi selama beberapa waktu.
"Selanjutnya dilakukan karakterisasi dan analisis terhadap hasil ekstraksi tanaman obat sambiloto, terakhir adalah modifikasi dan aplikasi ekstrak tanaman tersebut sebagai UV Protector," paparnya.
Fredy mengatakan, hasil akhir dari penelitiannya tersebut adalah berupa tabir surya yang merupakan salah satu jenis produk kosmetik yang banyak dibutuhkan. Tabir surya yang mengandung ekstrak tanaman sambiloto dengan nilai Sun Protection Factor (SPF) tertentu.
Bukan tanpa kendala, Fredy pun mengakui bahwa kendala yang dihadapi pada proses penelitian adalah sampelnya berupa bahan alami, sehingga komponen (matriks) yang terkandung di dalamnya cukup kompleks.
Fredy berharap, penelitian ini dapat meningkatkan nilai ekonomis dari aset alami negara Indonesia. Tanaman yang memiliki nama latin Andrographis paniculata L. Ness ini merupakan salah satu jenis tanaman obat yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan di Indonesia.
"Untuk penelitiannya saat ini sedang dalam proses publikasi ilmiah. Kedepannya juga berharap tabir surya ini bisa diproduksi secara massal," tutupnya.
Advertisement