Syekh Adnan Al-Afyouni, Ledakan Bom Itu Telah Merenggut Nyawanya
Tragedi bagi umat Islam dunia. Mufti Agung Damaskus, Syekh Muhammad Adnan Al-Afyouni wafat syahid. Ledakan bom, yang dipasang di mobil yang dikendarainya meledak, pada Kamis 22 Oktober 2020. Tentu saja, pelakunya adalah teroris yang tak menginginkan suasana damai di Suriah.
Tragedi serupa pernah terjadi pada diri Syekh Ramadhan Al-Bouthi. Ulama Suriah yang sangat dekat dengan kalangan pesantren di Indonesia. Penyusun Kitab Sirah Nabawiyah ini, wafat dalam satu ledakan bom ketika berdakwah di Masjid Damaskus, beberapa tahun lalu.
Syekh Adnan Afyouni dikenal sangat akrab dengan Indonesia. Persabahatannya dengan sejumlah ulama di Indonesia, sejak masa KH Hasyim Muzadi (Ketua PBNU 199-2010), hingga Habib Luthfi bin Yahya dan KH Said Aqil Siroj.
Pada 2016, Syekh Adnan Afyouni berkesempatan mengunjungi kantor PBNU di Jakarta dan menjelaskan kondisi Suriah yang porak poranda. Ia menjelaskan, sebelum melindungi dirinya dan keluarganya melindungi dulu para mahasiswanya dan mahasiswa Indonesia.
Suatu pemboman di pinggir jalan pada Kamis (22 Oktober 2020) itu, menewaskan Mufti Agung Damaskus yang juga ulama senior Suriah ini. Syekh Adnan Al-Afyouni tercatat memainkan peran kunci dalam kesepakatan pemerintah dengan pejuang pemberontak. Demikian menurut media pemerintah Suriah dan situs web pemerintah, dikutip AFP.
Ledakan menewaskan Mufti Damaskus Syekh Muhammed Adnan Afyouni terjadi di kota Qudsaya, sebelah barat ibu kota Damaskus. Tidak diketahui siapa yang menanam bom pinggir jalan. Demikian pula tak ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Ulama sufi yang dikenal dekat dengan ulama Indonesia, termasuk KH Hasyim Muzadi (almagfurlah), Habib Luthfi bin Yahya dan KH Said Aqil Siroj, pertama kali dilaporkan terluka dan kemudian dinyatakan mengembuskan nafas terakhir segera setelah itu.
Kementerian Wakaf dan Agama Suriah (Awqaf), mengumumkan wafatnya Syekh Adnan Afyouni, menyebutnya sebagai tindakan teroris. Di Kota Damaskus dan pinggirannya sebagian besar telah bebas dari kekerasan atau serangan karena pemerintah memperketat kendali atas daerah itu, mengusir pejuang pemberontak.
Syekh Adnan Afyouni telah menjadi tokoh kunci dalam apa yang disebut kesepakatan rekonsiliasi pemerintah dengan pemberontak dan daerah yang dikuasai oposisi.
Dia adalah salah satu penengah dari kesepakatan 2016. Ketika itu, pejuang pemberontak di Daraya, sebuah kota utama di pinggiran Damaskus, menyerah setelah pengepungan dan kampanye militer selama empat tahun yang melelahkan. Pejuang pemberontak dan penduduk yang tersisa dievakuasi ke provinsi barat laut Idlib dan pasukan pemerintah memasuki kota yang hancur pada tahun 2016.
Setelah evakuasi, Syekh Adnan Afyouni memimpin doa di kota tersebut, dihadiri oleh Presiden Suriah Bashar Assad.
Daraya adalah salah satu kota pertama yang melakukan protes terhadap pemerintah Assad pada tahun 2011. Protes tersebut disambut dengan tindakan keras pemerintah yang kejam, dan krisis tersebut akhirnya berubah menjadi perang saudara besar-besaran yang telah menghancurkan Suriah dan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal, terlantar, dipenjara atau mati.
Bashar Assad menggambarkan lawan-lawannya, termasuk mereka yang membawa senjata, sebagai teroris dan memberdayakan ulama dan Kementerian Awqaf untuk memainkan peran kunci dalam memerangi ekstremisme. Assad menunjuk Afiouni pada 2019 untuk memimpin Islamic al-Sham Center yang baru didirikan untuk memerangi terorisme.
Pada saat itu, Syekh Adnan Afyouni mengatakan pusat itu - yang akan mengajar dan melatih ulama Islam sementara bertujuan untuk menampung para sarjana internasional - akan memainkan peran untuk mereformasi gagasan ekstremis yang menyebar selama tahun-tahun konflik.
Perjuangan Syekh Adnan Al-Afyouni
Syekh Adnan Al-Afyouni adalah Pengawas Umum Markaz Islam Internasional ‘Al-Syam’ untuk Penanggulangan Ekstremisme. Beliau dekat dengan Kepala Pemerintahan Suriah, Bashar Al-Assad.
Ia lahir pada tahun 1954, di ibu kota Suriah, Damaskus. Menempuh pendidikan awal di Ma’had Syar’i li al-Dakwah wal Irsyad, lalu masuk ke bangku perkuliahan di Fakultas Dakwah Islamiyah di Damaskus, dan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Omdurman Sudan.
Di awal tahun 2013, Syekh Al-Afyouni menjalankan tugasnya sebagai mufti ibu kota dan desa, dipilih oleh kepala pemerintahan.
Selama peristiwa revolusi Suriah, Syekh Al-Afyouni mengadopsi peristiwa versi rezim Suriah, dan melawan seruan yang mempromosikan jihad di Suriah. Beliau menggambarkannya sebagai kejahatan.
Ia telah mengunjungi beberapa negara untuk meningkatkan hubungan dengan pemerintah Suriah, termasuk Mesir, Lebanon, dan Aljazair.
Syekh Al-Afyouni berpartisipasi dalam negosiasi di beberapa tingkat antara rezim dan oposisi, termasuk negosiasi baru-baru ini yang dilakukan oposisi ke Suriah utara.