Syeikh Nassar al-Omar Ditangkap, Begini Alasan Saudi
"Ia sejak lama dipandang sebagai tokoh penting berpengaruh yang dianggap menyebarluaskan suara tentang tafsir fundamentalis terhadap Islam."
Seorang ulama garis keras terkenal Arab Saudi, Syeikh Nassar al-Omar, memang cukup dikenal. Namun, seiring kebijakan pemerintahan di negeri Raja Salman yang mengalihkan kebijakan dari Wahabi yang cenderung keras ke Islam Moderat.
Dari pelbagai media disebutkan, aparat keamanan Arab Saudi telah menangkap dan menahan Nassar al-Omar. Hal itu diperkuat dengan pernyataan sebuah kelompok pemantau hak asasi manusia (HAM) Arab Saudi menyebut, ulama terkemuka itu ditangkap pekan lalu di kota Mekah.
Nasser al-Omar adalah ulama populer yang memiliki lebih dari enam juta pengikut di akun Twitter-nya.
Ia sejak lama dipandang sebagai tokoh penting berpengaruh yang dianggap menyebarluaskan suara tentang tafsir fundamentalis terhadap Islam.
Sementara itu, sejak beberapa waktu terakhir, putera mahkota Pangeran Mohamed Bin Salman memimpin upaya untuk mengarahkan Saudi kembali kepada apa yang disebutnya sebagai paham Islam moderat.
Namun, seperti dilansir BBC, upaya itu diwarnai penangkapan terhadap sejumlah ulama, pegiat HAM dan juru kampanye hak-hak perempuan. Beberapa waktu terakhir, Arab Saudi dilaporkan banyak menangkapi ulama dan kaum intelektual yang dituding menyuarakan pembangkangan.
"Seiring dengan kebijakan Arab Saudi yang mencoba ke garis Islam moderat, seorang anggota Dewan Ulama Senior Arab Saudi Abdullah bin Sulaiman Al-Manea sempat membuat sebuah pernyataan yang mengejutkan."
Akhir tahun lalu, lebih dari 20 ulama dan intelektual ditahan. Di antaranya adalah ulama terkemuka Salman al-Odah dan Awad al-Qarni. Pada umumnya, mereka yang ditahan dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Arab Saudi.
Yang moderat
Seiring dengan kebijakan Arab Saudi yang mencoba ke garis Islam moderat, seorang anggota Dewan Ulama Senior Arab Saudi Abdullah bin Sulaiman Al-Manea sempat membuat sebuah pernyataan yang mengejutkan.
Al-Manea mengatakan, Islam adalah sebuah agama yang membawa toleransi dan kasih sayang bukan kekerasan, intoleransi, atau terorisme. Sehingga, lanjut Al-Manea, umat Muslim harus menyebarkan Islam yang sesungguhnya dan mengikuti tradisi toleransi terhadap pemeluk agama berbeda seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Terkait masalah itu, seperti dikabarkan harian terbitan Kuwait Al-Anba, Al-Manea mengeluarkan fatwa yang menyebut umat Muslim bisa beribadah di masjid Syiah atau Sufi bahkan di gereja dan sinagoga.
Al-Manea menambahkan, Islam adalah agama yang mengajarkan kebersamaan bukan kekerasan dan menekankan umat Muslim meski berbeda kelompok tetapi memiliki prinsip-prinsip dasar yang sama dalam hal akidah.
Terkait hubungan Islam dengan agama lain, Al-Manea menjelaskan periswtiwa di saat Nabi Muhammad menerima rombongan umat Kristen dari Najran di masjidnya. Tak hanya menerima, Nabi Muhammad bahkan mengizinkan mereka beribadah di dalam masjid dengan menghadap ke arah Jerusalem.
Al-Manea juga mengutip sejumlah perkataan Nabi Muhammad yang menampilkan kemurahan hatinya terhadap sesama termasuk mereka yang tak memeluk agama Islam. Sementara lembaga tempat Al-Manea bernaung, 10 tahun lalu pernah menerbitkan fatwa yang menegaskan Muslim tak dilarang masuk ke dalam gereja untuk mendapatkan pengetahuan lebih bayak tentang tempat ibadah ini. (adi)