Syawal Momentum Meneguhkan Persaudaraan, Ini Pesan Sekjen MUI
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI), Buya Amirsyah Tambunan, mengajak umat Islam pada bulan Syawal ini untuk meneguhkan persaudaraan. Syawalan lebih bersifat substantif untuk meneguhkan persaudaraan berdasarkan iman dan amal saleh.
Demikian dikatakan Sekjen MUI Amirsyah Tambunan. Menurutnya, hal itu berdasarkan Quran Surah Al-Maryam ayat 96.
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا
Artinya: “Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).”
Buya Amirsyah mengingatkan agar umat Islam senantiasa menjadikan bulan Syawal ini sebagai titik balik peningkatan ketakwaan dengan mengajarkan dan menerapkan pada keseimbangan antara hubungan manusia dan Allah SWT.
Keseimbangan Nilai Ajaran Islam
Dijelaskan Buya Amirsyah, Islam mengajarkan keseimbangan antara habluminAllah (hubungan baik dengan Allah) dan habluminannas (hubungan sesama manusia).
Amirsyah memberikan contoh cara menjadi orang bertakwa dari sisi habluminannas (hubungan sesama manusia) adalah bersilaturahmi. Amirsyah menyebutkan, bersilaturahmi bisa menjadi titik balik seseorang untuk bisa menjadi orang yang bertakwa.
“Sebab ketakwaan harus berdasarkan habluminAllah dan hablumminannas,”tuturnya.
Sementara itu, pada kesempatan berbeda, Amirsyah juga mengingatkan bahwa persaudaraan (ukhuwah) adalah harga mati.
Menurut Amirsyah, ukhuwah harus diutamakan apa pun perbedaannya, tidak boleh ada toleransi untuk tidak melakukan persaudaraan (ukhuwah).
“(Termasuk) Pilihan politik boleh beda, tetapi ukhuwah bukan pilihan, melainkan kewajiban yg harus kita pentingkan,”ujarnya beberapa waktu yang lalu.
Amirsyah menjelaskan, ukhuwah adalah kosakata atau diksi yang harus dipegang kuat dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karenanya, kata dia, manusia memang masing-masing berbeda dengan memiliki kelebihan dan kelemahan.
Dengan begitu, Amirsyah menegaskan, bahwa masyarakat tidak usah mempermasalahkan perbedaan dalam pilihan hidup bermasyarakat.
Hanya saja, Amirsyah mengingatkan bahwa perbedaan yang tidak boleh ditoleransi adalah perbedaan yang berkaitan dengan ushuliyah (kaidah universal yang dapat diaplikasikan kepada seluruh bagian dan objeknya).
“Yang tidak boleh adalah dalam hal ushuliyah yang sengaja kita buat perbedaan-perbedaan, lalu menghasilkan penyimpangan, ini yang harus diamputasi,” tutur Amirsyah Tambunan.