Syarat Tes Bagi Perjalanan Domestik Dihapus, Pakar Minta Bersabar
Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr M Atoillah Isfandiari menganggap penghapusan syarat tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik yang sudah vaksin dua kali kurang tepat.
Sebab, kata Atoillah, kebanyakan masyarakat mau disuntik vaksin lantaran ingin mengakses sarana publik. Bukan dengan alasan mendapatkan kekebalan tubuh dari serangan Covid-19.
“Kenyataannya, sebagian masyarakat ikut vaksin bukan karena kesadaraan mendapatkan kekebalan,” kata Atoillah, Senin, 14 Maret 2022.
Menurutnya, pelonggaran pemeriksaan tes antigen dan PCR itu lebih baik ditujukan bagi pelaku perjalanan domestik yang telah mendapatkan suntikan vaksin ketiga kali atau booster.
Syarat tersebut, lanjut Atoillah, bakal berjalan lebih efektif apabila saat ini masih diterapkan. Karena, hal itu akan semakin mendorong keinginan masyarakat untuk melakukan vaksin booster.
Selain itu, Atoillah menyebut penerapan kebijakan tersebut akan mempersulit terdeteksinya kasus positif. Pasalnya, selama ini tes antigen dan PCR berkontribusi dalam pelaksanaan tracing.
“Saat mobilitas meningkat, risiko ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) akan meningkat. Di sisi lain, kita tidak tahu ISPA yang meningkat disebabkan oleh Covid-19 atau bukan,” ujarnya.
Wakil dekan bidang II Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu mengungkapkan, gelombang ketiga Covid-19 saat ini memang telah melewati puncak. Namun, untuk kasus hariannya masih cenderung tinggi.
Dengan demikian, Atoillah menilai penerapan penghapusan syarat tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik yang sudah vaksin dua kali terlalu terburu-buru dan akan meningkatkan risiko penularan.
“Kalau kita mau bersabar dua minggu lagi. Kita ada di posisi yang sama dengan akhir Januari, posisi dasar gelombang. Saat ini kita masih berada pada lereng gelombang,” jelasnya.
Advertisement