Syamsi Ali: Dakwah itu Memanusiakan Manusia
Syamsi Ali, imam masjid di New York, Amerika Serikat,mengingatkan, dakwah itu adalah ajakan kepada Tuhan (dakwah ilaa Allah). Sehingga esensi utama dari dakwah adalah agar manusia bisa kembali ke jalan Tuhan. Jalan Tuhan inilah yang lebih populer dalam bahasa agama dengan fitrah.
“Maka dakwah adalah ajakan kepada manusia untuk kembali ke fitrah asalnya. Yaitu mengakui Tuhan dalam hidupnya dan dengan segala konsekwensi, termasuk mentaati ajaranNya,” kata Syamsi Ali.
Berikut pemikiran Presiden Nusantara Foundation ini, untuk pembaca ngopibareng.id.
Maka dalam berdakwah esensi ketuhana menjadi fokus. Ketuhanan yang mengajarkan kejujuran dan keikhalasan, kesucian, kesakralan, kebesaran, dan kemaha kuasaan dalam segala hal. Ketuhanan juga mengajarkan kecintaan, kasih sayang, kelembutan, kemaafan, dan pengampunan.
Esensi ketuhana di atas dalam dakwah juga akan terlihat dalam memperlakukan “mad’u” atau obyek dakwah. Satu di antara yang terpenting adalah bahwa dakwah itu memanusiakan manusia. Dakwah bukan merendahkan, bukan menyakiti, bukan menghina, bukan mengusir. Tapi justeru mengajak manusia untuk kembali kepada kemanusiaan sejatinya.
Dengan dakwah manusia akan menjadi manusia yang sesungguhnya. Yaitu manusia yang memiliki “nurani” yang senantiasa suci. Dan dengan nurani suci itu manusia akan menjalani hidup dengan pertimbangan kesucian (ketuhanan).
Suatu ketika seorang pemuda meminta izin kepada Rasulullah untuk melakukan kekejian (zina). Rasulullah SAW tidak memarahi, tidak pula merendahkan, apalagi mencaci, menghina dan mengusirnya. Justeru Rasulullah mengajaknya kembali kepada pertimbangan nuraninya.
Dengan mengingatkan bahwa nurani manusia (kesucian atau fitrah) menolak untuk melakukan seperti itu. Hanya saja di saat itu nuraninya sedang tertimbung oleh keangkuhan egoisme dan hawa nafsu. Dan oleh karenanya yang perlu dilakukan oleh Rasul adalah membesarkan nuraninya sehingga mampu mengalahkan kecenderungan ego dan hawa nafsunya.
Menurut kisah, pemuda itu menjadi salah seorang pemuda yang paling bertakwa di Madinah.
Demikian Syamsi Ali, menuturkan dalam tulisannya tertanggal New York, 16 November 2017. Semoga bermanfaat. (adi)