Syaikh Hisyam Kamil dan Moderasi MBS
Kedatangan tamu Syaikh Hisyam Kamil dari Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.
Senin pagi kedatangan tamu DR Syaikh Hisyam Kamil dari Al- Azhar, Kairo, teman lama. Saya kenal ulama dan dosen Al-Azhar tersebut sekitar 8 tahun yang lalu diperkenalkan oleh DR Najih Ibrahim, mantan pimpinan al-Jamaah Al- Islamiyah Mesir. Dr Najih Ibrahim saya undang ke Jakarta dalam rangka bedah buku “Al Qaeda: Tinjauan Sosial Politik dan Sepak Terjangnya“.
DR Syaikh Hisyam Kamil berkunjung ke Indonesia atas undangan murid-muridnya di Jakarta, Jabar, Jateng dan Jatim. Banyak hal yang dibicarakan dan saya selalu memanfaatkan momen seperti itu untuk menambah pengetahuan. Saya tanya kepada beliau tentang reformasi yang dilakukan oleh Pangeran Mohammad bin Salman (MBS).
Beliau menjelaskan cukup panjang bahwa apa yang dilakukan MBS sangat tepat dan diperlukan demi kemajuan Arab Saudi dalam rangka menghadapi perobahan peradaban yang sangat cepat sebagai dampak globalisasi tekonologi dan informasi. Seperti halnya negara berpenduduk muslim lainnya, Saudi harus membuka diri terhadap pengaruh dari peradaban dari luar dunia Islam khusus nya peradaban Barat.
Dalam hal ini, MBS berusaha memicu generasi muda Saudi untuk menbekali diri ilmu pengetahuan super modern yang dilambangkan dengan pembangunan kota masa depan yang serba komputer minded yang dikenal dengan zone ekonomi “NEOM atau Mustaqbal/masa depan“, suatu model transformasi sosial, ekonomi dan teknologi”.
Mental masyarakat khususnya Golongan Muda disiapkan melalui pembukaan ruang kebebasan luas termasuk bagi pemudi pemudi Saudi dengan cara mencabut aturan agama yang dianggap membelenggu. Beliau dan juga saya mendukung reformasi MBS tersebut, karena praktik keagamaan model ajaran Mohammad bin Abdul Wabab telah menempatkan bangsa dan peradaban Arab Saudi terbelakang. Tentu saja setiap pembaharuan perlu dilakukan dengan perencanaan matang dan pentahapan sehingga memperoleh hasil maksimal. Wallahu a’lam.
MBS lebih tahu kondisi bangsanya, selamat berjuang.
Begitu juga, transformasi budaya dan peradaban di Indonesia dalam merespons perkembangan dunia yang sangat cepat, perlu perencanaan matang dan pentahapan terukur. Untung para pendahulu kita sudah membekali generasi penerus,dengan suatu doktrin atau dalil yang strategis dan visioner “ memelihara nilai lama yang baik dan mengambil nilai baru yang lebih baik “.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat sosial politik, Mustasyar PBNU periode 2022-2027. Tinggal di Jakarta.
Advertisement