Syaikh Bediuzzaman Said Nursi, Penyakit Dengki dan Solusinya
Syaikh Bediuszzaman Said Nursi, ulama yang hidup pada masa Khilafah Islamiyah. Lahir di provinsi Bitlis, terletak di Turki Timur pada 1877. Said Nursi dikenal sangat cerdas pada masanya. Ia mampu menghafal Alquran hanya dalam waktu dua minggu, dan menghafal 90 jilid kitab-kitab pokok Islam.
Said Nursi pun menguasai Bahasa Arab dan Parsi di samping Bahasa Turki dan Kurdi. Ia telah menulis 3000 kitab dalam Bahasa Arab, dan juga mempelajari Ilmu Filsafat Barat dan peradabannya secara mendalam, dan juga telah menyusun 14 Ensiklopedia yang mencakup permasalahan Islam modern.
Syaikh Said Nursi pelopor pertama pergerakan Islam di Turki Modern dan juga yang pertama kali berkonfrontasi dengan Negara Sekuler Turki setelah runtuhnya Khilafah Turki Ustmani. Selama hidupnya, Syaikh Said Nursi telah dipenjara selama 28 tahun dan diasingkan sebanyak 21 kali, kebanyakan kitab-kitab karangannya ditulis di penjara atau di pengasingan.
Untuk kali pertama, Syaikh Said Nursi belajar di Kuttab (madrasah) pimpinan Molla Mehmet Emin di desa Thag pada 1886, di samping itu ia juga menerima pendidikan dasar dari ulama terkenal di daerahnya.
Ada pesan penting dari Syaikh Said Nursi, terkait penyakit hati, dengki dan solusinya. Berikut pesannya:
"Orang yang hatinya dipenuhi dengan kedengkian dan permusuhan terhadap sesama mukmin, selain menzalimi saudaranya seiman, sesungguhnya ia sedang menzalimi dirinya sendiri. Lebih dari itu, ia melampaui batas kasih sayang Ilahi. Sebab, dengan kedengkian dan permusuhan tersebut, ia menjatuhkan diri ke dalam penderitaan yang pedih, dan penderitaan itu bertambah pedih bila melihat musuhnya mendapatkan kenikmatan; ia pun tersiksa akibat rasa takut terhadap sang musuh.
"Jika permusuhan itu muncul akibat kedengkian, balasannya adalah siksa yang pedih. Sebab, kedengkian membuat si pendengki lebih sakit daripada yang didengki. Kedengkian dapat membakar pelakunya dengan kobaran apinya, sementara orang yang didengki tidak dirugikan atau hanya menderita sedikit kerugian.
"Obat kedengkian adalah si pendengki harus merenungkan akibat dari kedengkiannya dan hendaknya ia menyadari bahwa kekayaan, kekuatan, kedudukan, dan hal-hal duniawi yang dinikmati orang yang didengkinya hanya bersifat sementara dan fana; manfaatnya pun sedikit, namun tantangannya besar.
"Adapun jika kedengkian timbul akibat faktor-faktor yang bersifat ukhrawi, sebenarnya itu bukanlah suatu kedengkian. Kalaupun ada perasaan dengki yang timbul pada hal-hal yang bersifat ukhrawi, bisa jadi si pendengki termasuk orang yang berlaku riya, di mana hal itu akan menghapus amal ukhrawinya di dunia. Atau, si pendengki berprasangka buruk terhadap orang yang didengkinya sehingga ia menzaliminya.
"Kemudian, orang yang mendengki sebenarnya tidak rela terhadap takdir dan rahmat Allah. Sebab, ia merasa kecewa atas karunia-Nya terhadap orang yang didengkinya dan merasa senang atas malapetaka yang menimpanya. Artinya, ia seakan-akan mengkritik takdir dan rahmat Allah. Sebagaimana diketahui bahwa barangsiapa mengkritik takdir Allah, ia laksana orang yang “menanduk gunung”; dan barangsiapa memprotes rahmat dan karunia Ilahi, ia akan terhalang darinya."
Demikian pesan Islam dari Syaikh Said Nursi, dalam kitab Risalah Ikhlas dan Ukhuwah, hlm. 63-65.