Syaikh Abu Abbas Al-Mursi Awalnya Membenci Tasawuf, Akhirnya...
Dikisahkan bahwa sebelumnya Syaikh Abu Abbas Al-Mursi itu adalah seorang 'alim fiqih, hafal Al-Quran, berasal dari Mursi, Andalusia.
Awalnya dia mengkritik habis-habisan ilmu tasawuf, sebagaimana latar belakang beliau yang 'alim faqih dan memang orang yang hanya alim fiqih suka mangkel pada pelaku ilmu tasawuf.
Suatu ketika Syaikh Abu Abbas Al-Mursi ini melakukan ibadah haji, hingga saat menaiki kapalnya di tengah lautan ternyata atas izin Allah Ta'ala kapal itu pecah dihantam badai laut dan membuatnya terdampar di Negeri Tunis.
Saat terdampar ini dia melihat banyak santri dari Syaikh Abi Hasan Syadzili yang sedang berangkat ngaji kepada sang Mursyid Tarekat mereka.
Hingga saat para santri itu mengajak Abu Abbas Al-Mursi untuk ikut ngaji ke Syaikh Abi Hasan Syadzili, awalnya beliau tidak mau.
Beliau tidak mau diajak sowan, namun memilih untuk istikhoroh lebih dulu.
Hingga setelah istikharah dan merasa ngantuk akhirnya beliau tertidur dan bermimpi ada orang tua tengah pidato didampingi oleh 2 lelaki. Abu Abbas Al-Mursi ini sedang duduk di belakang orang tua tadi.
Orang tua ini berkata kepada orang-orang yang tengah hadir menghadapnya, bahwa penggantiku nantinya adalah orang yang duduk di belakangku ini (orang tua ini seraya menengok ke arah belakangnya).
Setelah beliau terbangun maka beliau pun baru mau diajak sowan kepada Syaikh Abi Hasan As-Syadzili ini.
Ternyata saat beliau datang menghadap, Syaikh Abi Hasan Syadzili ini wajahnya mirip dengan orang tua dalam mimpinya tadi.
Seketika pendapat Abu Abbas Al-Mursi tentang ilmu tasawuf berubah drastis setelah itu sehingga beliau menimba ilmu yang sedemikian hebatnya dari gurunya dan benar-benar menggantikan sang guru menjadi guru dalam Tarekat Syadziliyah.
Kisah ini disampaikan KH Abdul Ghofur Maimoen, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Semoga bermanfaat.
Cara Bertawakal yang Benar
Manusia sebagai makhluk Allah Ta'ala hanya bisa berikhtiar dan berdoa. Pada akhirnya segala sesuatu harus dipasrahkan kepada Allah Ta'ala. Itulah tawakkal.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَقُوْلُ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللهِ أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ قَالَ اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ.
Dari Anas bin Malik berkata ; Ada seorang lelaki yang bertanya : Wahai Rasulullah apakah aku harus mengikat untaku kemudian bertawakal atau aku melepaskannya saja kemudian bertawakal ? beliau menjawab : " Ikatlah untamu kemudian bertawakallah." (HR. Tirmidzi no. 2707).
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu beriman, bertakwa, bertawakal kepada Allah, selalu mendapat hidayah dan ridha-Nya. Aamiin....!!!
Semoga bermanfaat.