Syafiq Mughni: Momentum Tingkatkan Peka Solidaritas Kemanusiaan
Jadikan puasa sebagai sarana atau momentum untuk meningkatkan kepekaan terhadap persoalan solidaritas kemanusiaan. Menurut Ketua PP Muhammadiyah Prof. Syafiq Mughni, puasa menjadi ajaran yang penting, sebagaimana disampaikan oleh Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
Karena itu, puasa harus diperhatikan dan dijalankan dengan seksama bukan hanya dari sisi formal saja tapi juga substansinya.
“Ini harus menjadikan kita lebih peka terhadap problem sosial, kemanusiaan. Sehingga kita tidak menjadi orang beragama secara formal saja, tetapi juga secara aktual kita wujudkan buahnya menjadi manfaat bagi kemanusiaan kita semua ini,” ungkap Syafiq Mughni.
Syafiq menekankan bahwa agama Islam begitu luas dan unggul dalam memberikan penghargaan dan pengajaran kepada manusia untuk perhatian terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Ajaran Agama Islam sarat akan nilai-nilai kemanusiaan, Nabi Muhammad SAW setiap menerapkan syariat sering kali tidak memberikan beban di luar kemampuan seseorang. Melainkan selalu ada pilihan-pilihan yang tentu disertai dengan ketulusan dan kesungguhan untuk melakukan perintah.
Nabi Muhammad dalam ajarannya menerapkan sikap moderat, tidak berlebih-lebihan. Beliau menyampaikan perintah puasa, akan tetapi beliau juga melarang umatnya menjalankan puasa secara terus-menerus.
Selaras dengan itu, Syafiq menyebutkan, Islam juga mengajarkan bahwa muslim juga sebagai sumber dari kemaslahatan dan keselamatan orang lain. Menerapkan konsep ini dalam konteks pandemi, maka seorang muslim tidak boleh menjadi sumber penularan virus.
“Kita harus mawas diri jangan sampai kita menjadi sumber malapetaka bagi orang lain,” tuturnya, dalam Kajian Ramadhan Sehat dan Aman yang disiarkan TV MU UAD.
Ajaran tersebut merujuk kepada hadis nabi yang mengatakan “tidak beriman seorang muslim yang menyebabkan sahabat, tetangga, dan teman tidak aman dari dirinya”.
Selanjutnya, ketika Muslim sudah tidak menjadi malapetaka bagi orang lain, maka sebagai muslim juga berkewajiban menolong orang lain.
Dirinya menegaskan, bahwa Islam dalam kaitan tolong-menolong adalah universal. Artinya, dalam memberikan pertolongan bisa kepada siapa saja dan tidak membedakan latar belakang, termasuk latar belakang agama.
"Islam mewajibkan Muslim menjadi insan yang unggul, sehingga mampu memberikan pertolongan kepada orang lain," tuturnya.
Advertisement