Sutiaji Akan Telepon Gubernur Papua Barat Terkait Pemulangan
Wali Kota Malang, Sutiaji, mengatakan ungkapkan akan berkomunikasi lebih lanjut dengan Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan untuk mengklarifikasi terkait opsi pemulangan mahasiswa Papua di Malang.
Sutiaji menginformasikan bahwa hari ini sudah ada agenda pertemuan dengan Dominggus. Sebelumnya juga ia telah melakukan komunikasi dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Manokwari.
“Rencana nanti juga Pak Gubernur mau telepon atau saya yang harus telepon kesana, tapi sudah pembicaraan bahwa Pak Wawali akan telepon dan Gubernur sudah mengiyakan,” ungkapnya.
Sutiaji menuturkan hal yang akan dibicarakan dengan Gubernur Papua Barat nantinya akan membahas terkait jaminan keamanan kepada mahasiswa asal Papua yang menempuh pendidikan di Malang.
“Ketika saya berbicara dengan mahasiswa Papua Barat, saya juga mengajak beliaunya sendiri untuk berbicara. Sehingga apa yang ingin disampaikan mahasiswa Papua Barat dengan adanya Gubernur nanti ada titik temu,” terangnya.
Sutiaji berharap dengan adanya sinergi tersebut, permasalahan yang terjadi saat ini tidak akan terulang lagi.
“Saya sudah menyampaikan bahwa tidak ada diskriminasi kebijakan. Papua adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. (NKRI). Warganya adalah warga Indonesia,” tutur alumni UIN Maliki Malang tersebut.
Dengan adanya jamuan makan siang bersama dengan mahasiswa Papua pukul 12.45 siang tadi, bertempat di Rumah Makan Kertanegara. Sutiaji berharap bahwa hal itu menjadi simbol bahwa tidak ada permasalahan di Kota Malang.
“Ada kekhawatiran dari orangtua di sana, akan ada sweeping dan segala macam. Tapi sudah saya sampaikan di RRI Manokwari bahwa hal seperti itu tidak ada,” tutur Sutiaji.
Hal itu juga dikonfirmasi oleh Nina Awendu, mahasiswi asal Jayapura, yang mengatakan bahwa orangtuanya sempat menelpon untuk berdiam diri di kos.
“Orangtua telepon suruh untuk diam di kos dan jangan keluar. Maka saat itu kita keluar hanya sekali untuk beli bahan makanan saja untuk seharian,” tuturnya.
Mengenai insiden yang menimpa mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Nina menuturkan ia merasa tersinggung atas ucapan yang mengatakan mahasiswa Papua sebagai monyet.
“Teman-teman tersinggung bahwa kami dikatai monyet. Bahkan Gubernur kami sampai menangis dengan perkataan itu,” ujarnya.