Susu Ikan Alternatif Pengganti Susu Sapi
Kementerian Pertanian menghimpun data, kebutuhan susu nasional saat ini mencapai 4,3 juta ton per tahun. Sementara produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 22,7 persen dari total kebutuhan tersebut. Sisanya, sekitar 77,3 persen, masih harus dipenuhi melalui impor.
Pada 2023, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) memperkenalkan susu ikan sebagai bagian dari upaya hilirisasi produk perikanan.
Produk ini menggunakan bahan baku ikan yang diproses dengan teknologi modern untuk menghasilkan Hidrolisat Protein Ikan (HPI), yang kemudian dijadikan bahan dasar susu ikan. Hidrolisat Protein Ikan ini dikembangkan oleh Berikan Bahari Indonesia, sebuah UMKM yang dibina oleh KKP.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin pernah mengkampanyekan pentingnya pemberian protein hewani kepada anak utamanya anak usia dibawah dua tahun.
Potensi Susu Ikan Mengatasi Stunting
Keunggulan utama dari susu ikan terletak pada kandungan nutrisinya yang kaya, seperti EPA, DHA, Omega-3 yang tinggi, bebas alergen, serta mudah diserap oleh tubuh dengan tingkat penyerapan protein mencapai 96 persen. Selain itu, produk ini diproduksi menggunakan ikan dari perairan dalam negeri, yang menambah nilai ekonomis bagi sektor perikanan lokal.
Penggunaan susu ikan ini bisa sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program "Makan Bergizi dan Susu Gratis" era pemerintahan Prabowo Subianto mendatang.
Program ini menghadapi tantangan serius dalam ketersediaan susu sapi di dalam negeri, dengan target 82,9 juta penerima manfaat, yang meliputi anak-anak sekolah hingga ibu hamil cegah anak stunting.