Susahnya para Mantan Teroris Kembali ke Masyarakat (Bagian 3/Habis)
Soal stigma negatif masyarakat terhadap mantan teroris itu juga dirasakan Muhammad In'am. Meski tak terkait langsung dengan gerakan terorisme, namun In'am sempat dianggap penyandang dana bom Bali yang dilakukan oleh Amrozi cs. In'am dan Amrozi adalah teman dekat bahkan ada hubungan kerabat. Bedanya In'am tinggal di Desa Payaman, sedangkan Amrozi di Desa Tengglun.
Saat Bom Bali terjadi In'am termasuk pengusaha muda yang sukses. Sejak lulus kuliah 2001, dia sudah memiliki usaha kontraktor dan bahan galian C. Namun semua bisnisnya itu tumbang setelah Amrozi ditangkap. "Gara-garanya ada yang mengisukan saya sebagai penyandang dana Amrozi. Padahal tidak. Bahkan sejak dulu saya juga sudah tidak setuju dengan pemahaman mereka," ujar In'am.
Ia pun merangkak kembali mendirikan usaha. Kali ini dia mendirikan usaha kedai yang ia beri nama Gandroeng coffee. Letaknya di Caturtunggal, Kecamatan. Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Usaha milik In'am kini termasuk sukses. Dalam sehari dia bisa menghabiskan 7 kg kopi dibantu 20 orang karyawan untuk melayani tamu.
Namun In'am kembali diterpa cobaan. Pada tahun 2014, dia mendapatkan kabar jika adiknya Wildan Mukhollad, dikabarkan menjadi pelaku bom bunuh diri di Irak. Wildan adalah anggota pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Wildan adalah alumni Pondok Pesantren Al Islam Tenggulun, Lamongan. Dia kemudian melanjutkan kuliah di Al Azhar Mesir. Saat di Mesir itu, Wildan diduga terpengaruh dengan ISIS.
"Keluarga kembali guncang dengan kabar itu. Namun tak separah sebelumnya," ujar In'am.
In'am kini sering menjadi dimintai bantuan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk menjadi motivator bagi para mantan teroris. Dia dianggap sebagai contoh model yang sukses bangkit karena terorisme. Kata In'am setiap kali yang dicurhatkan oleh para mantan teroris saat bertemu adalah masalah ekonomi. Kata dia, secara ideologi sebenarnya steril dari kekerasan, namun masalah ekonomi belum menemukan jalan keluar.
"Kita motivasi untuk tetap berusaha. Apalagi BNPT mulai mau membantu sudah mencarikan dana. Mereka itu terbiasa dikasih oleh pemimpinnya, oleh kelompoknya. Jadi ketika tak ada yang kasih uang ya, sulit," ujar In'am.
Advertisement