Susahnya para Mantan Teroris Kembali ke Masyarakat (Bagian 2)
Yoyok termasuk yang beruntung. Karena begitu jalani tahanan dia merasa bisa langsung diterima warga sekitar Tenggulun, Lamongan. "Kalau di sini, sudah welcome kepada para mantan teroris," kata Yoyok.
Tapi tak semua mantan teroris bisa diterima baik oleh lingkungannya seperti yang dialami Yoyok. Sofyan Tsauri salah satunya. Dia mantan anggota polisi yang masuk dalam jaringan Al-Qaeda. Sofyan sempat dihukum selama 10 tahun penjara. Keluar dari penjara nasibnya tak begitu baik. Dia merasa tak diterima di lingkungan sekitar. Penyebabnya karena statusnya sebagai mantan teroris.
"Pernah dalam setahun saya harus berpindah lima kali kontrakan rumah di Depok. Saya diusir warga karena mantan teroris. Sempat kepikiran ledakan saja biar mereka kaget," kata Sofyan saat hadiri ikrar setia para mantan teroris kepada NKRI, 21 Juli lalu di Tenggulun, Solokuro Lamongan.
Itu baru persoalan tempat tinggal. Dalam urusan pekerjaan Sofyan mengaku kesulitan mencari pekerjaan. Padahal para mantan teroris itu juga punya anak istri yang harus mereka nafkahi. Saat akan mencari pekerjaan pekerjaan, para mantan teroris selalu terbentur dengan syarat Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Katanya, sulit bagi seorang mantan teroris untuk mendapatkan SKCK dari kepolisian.
"Kita para mantan teroris tak minta duit, tak minta program kepada pemerintah. Kita hanya minta SKCK. Karena sulit mengurus SKCK, perusahaan mana sekarang yang tidak mensyaratkan SKCK" kata dia.
Kata dia, di sanalah negara perlu hadir untuk membantu para mantan teroris. Karena jika dibiarkan saja setelah keluar dari penjara, besar kemungkinan para mantan teoris ini akan kembali ke komunitas lamanya. Dia juga sangat mendukung akivitas Yayasan Lingkar Perdamaian yang melakukan pemberdayaan dan pendampingan kepada para mantan teroris.
Kata dia, banyak juga para mantan teroris yang tak up to date dengan gerakan Al Qaeda. Kata Sofyan, setelah Usama bin Laden tewas tertembak, ternyata dia meninggalkan banyak surat. Surat-surat itu ditujukan kepada amir-amir Al-Qaeda di seluruh dunia ini. Surat-surat ini di kemudian dikenal sebagai Letters from Abbottabad.
Letters from Abbottabad menurut Sofyan, intinya adalah evaluasi besar-besaran Usama bin Laden kepada para ikhwan-ikhwan yang dianggap salah dalam merencanakan amaliyah. Mereka dianggap tak memikirkan darah-darah kaum muslimin yang menjadi korban. Para ikhwan pelaku amaliyah ini dianggap terlalu berlonggar-longar dalam urusan darah. Akhirnya, Al-Qaeda cuma dikenal sebagai pembunuh darah dingin yang mengabaikan darah-darah kaum muslimin.
"Itulah kenapa jihad kita tak pernah mendapatkan kemenangan di mata umat Islam," kata Sofyan.