Survei, Pemilih Partai Golkar di Jatim Paling Banyak Vaksin
The Republic Institute membuat survei tentang “Kesadaran Penerimaan Masyarakat atas Program Vaksinasi. Survei yang melibatkan 1.225 responden yang tersebar di 38 kabupatan atau kota di Jawa Timur itu menemukan sejumlah hal menarik.
Di antaranya, warga yang sudah vaksin ternyata memiliki kedekatan dengan Partai Golkar di Pemilu 2019. Selain itu, anggota ormas Muhammadiyah disebut lebih banyak yang vaksin dibanding anggota Nahdliyin.
Pilih Golkar di 2019
Diketahui, survei tersebut digelar dengan Teknik multistage random sampling dan berlangsung pada 1 hingga 13 September 2021. Survei menghasilkan 47,6 persen responden mengaku sudah vaksin, 27,9 persen belum vaksin, 20,4 persen responden tidak vaksin, dan kemudian yang tidak tahu sebesar 4,2 persen.
Survei juga memecah respoden berdasarkan sejumlah hal, di antaranya pilihan parpol dalam Pemilu 2019, berdasarkan organisasi keagamaan, tingkat Pendidikan dan golongan usia.
Berdasarkan pilihan parpol, pemilih Partai Golkar menjadi responden yang paling banyak sudah vaksin, disusul pemilih PAN, Hanura, Nasdem, Gerindra, PKS, PSI, Demokrat, PKB, PDIP, Partai Ummat, Berkarya, Gelora, dan PPP. Tak ada analisis yang menjelaskan kaitan antara preferensi parpol yang dipilih dengan perilaku mau vaksin.
Bila diteropong berdasarkan afiliasi ormas keagaamaan, terlihat bahwa responden Muhammadiyah paling banyak vaksi, disusul NU, kemudian ormas Islam lain, ormas di bawah naungan gereja, ormas di bawah naungan Hindu, ormas di bawah naungan Budha, dan sisanya ormas lainnya.
Beradasarkan tingkat Pendidikan, lulusan Pendidikan Tinggi mendominasi, kemudian SLTA sederajat, SLTP sederajat, sekolah non formal atau pondok pesantren, SD sederajat, dan tidak sekolah. Tingkat intelektual yang ditandai dengan jenjang Pendidikan berpengaruh pada keputusan vaksin atau tidak.
Berdasarkan perspektif usia, rentang 20 hingga 29 tahun paling tinggi, disusul rentang 30 hingga 39 tahun, kemudian kurang dari 20 tahun, rentang 40 higga 49 tahun, kurang dari 60 tahun, dan kelompok antara 50 hingga 59 tahun yang paling sedikit vaksin.
Sementara, bila dilihat dari jenis kelamin, perempuan lebih banyak yang telah vaksin dengan 58 persen responden, dan laki-laki sebesar 57 persen responden.
Alasan Tak Mau Vaksin
Responden yang belum divaksin mengaku tidak mau mengikuti vaksin karena takut efek samping dari vaksin, seperti lumpuh bahkan meninggal. Kedua, sebagian masyarakat belum percaya terhadap efektifitas vaksin dalam mencegah Covid-19.
Ketiga, stigma negatif masyarakat terhadap vaksin, terutama informasi terkait masyarakat setelah menerima vaksin kemudian meninggal yang diberitakan di media-media masa. Keempat, belum diundang atau belum ada sosialisasi terkait vaksinasi. Dan Kelima, kondisi kesehatan yang tidak memenuhi syarat medis untuk mengikuti vaksin.
Rekomendasi
Dalam siaran pers yang dikirim kepada Ngopibareng.id, Direktur The Republic Institute, Sufyan menyebut sejumlah usulan untuk meningkatkan keinginan vaksin.
Direktur yang juga dosen Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), memaparkan sejumlah usulan tersebut antara lain, meningkatkan sosialisasi untuk vaksin dan selalu mengundang setiap masyarakat untuk ikut vaksin.
Kedua, peningkatan edukasi dan kesadaran masyarakat untuk mengikuti vaksin, terutama di wilayah wilayah yang cakupan vaksinnya masih rendah. Juga melalui kebijakan-kebijakan yang sifatnya mewajibkan.