Suroboyo Kutho Lawas Tertunda, DPRD: Birokrasi Tak Tanggap
Pembangunan kawasan wisata baru besutan Walikota Surabaya Eri Cahyadi, Suroboyo Kutho Lawas, tak sesuai target untuk diresmikan per Desember 2023 lalu. DPRD menilai, birokrasi di Pemkot Surabaya kurang tanggap dalam mendorong selesainya pembangunan tepat waktu.
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A. Hermas Thony menyatakan, lambannya pengerjaan muncul akibat pemkot yang lemah dalam perencanaan. "Pada satu sisi, rencana untuk dimundurkan ini rasional. Kami senang karena untuk membangun kota lama itu memang butuh persiapan dan kajian yang dipikirkan masak-masak. Namun, pemkot lemah dengan perencanaan. Walikota mintanya cepat selesai, namun birokrasinya yang kurang tanggap," katanya, Minggu 14 Januari 2024.
Legislator dari Partai Gerindra ini juga meminta Pemkot Surabaya dapat mengusung target yang realistis terkait pendapatan yang akan diterima dari objek wisata yang terintegrasi ini. "Pemerintah kota harus memiliki sebuah target dalam spirit, material, dan perputaran ekonominya. Semuanya harus saling berkorelasi. Juga penempatan pemandu wisatanya yang harus disiapkan matang nanti di masing-masing objek wisata," tuturnya.
Menurutnya ekspektasi terhadap Surabaya Kutho Lawas harus dapat dikontrol oleh Pemkot, ketika nantinya disandingkan dengan Kota Tua Jakarta dan Semarang. Justru Pemkot Surabaya harus mencontoh spirit yang diterapkan oleh para pengelola Kota Tua Jakarta dan Semarang.
"Situasinya di sana dengan di sini tentu sangat berbeda. Apalagi kita melihat tentang masalah pengelolaannya dan jumlah wisatawan yang akan berkunjung nantinya. Kita harus mencontoh spirit dan usaha dari Pemprov DKI dan Pemkot Semarang dalam mengelola Kota Tua di sana," bebernya.
Thony juga mengusulkan kepada Pemkot Surabaya untuk merevitalisasi kawasan di sepanjang Sungai Kalimas, salah satu objek vital yang ada di Surabaya ratusan tahun lamanya.
"Kami pikir pemerintah kota bisa merevitalisasi kawasan di sepanjang Kalimas. Buatlah zona Bungkul di sana dengan ada penjelasan mengenai Prasasti Canggu dan bisa juga dikembangkan dengan wisata ski sungai. Kemudian bisa dibangun juga Zona Kayoon, Zona Perang Laut di Monkasel, dan Zona Perdagangan di sekitar Jembatan Merah" ujarnya.
Untuk menjalankan rencana besar ini, Pemkot Surabaya harus bekerjasama dan berkonsultasi dengan para ahli sejarah yang tersebar di kampus-kampus yang ada di Kota Surabaya.
"Kita harus mendatangkan ahli sejarah untuk berkonsultasi. Apa yang harus diungkap dari masing-masing kawasan sejarah ini nantinya. Makanya dengan sistem tematik seperti ini, penjelasan suatu objek wisata akan semakin padat dan informatif jika melibatkan mereka (ahli-ahli sejarah)," pungkasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (DKKORP) Surabaya Hidayat Syah menjelaskan penyebab belum tuntasnya kawasan wisata Suroboyo Kutho Lawas, sesuai target.
Menurutnya, ada sejumlah titik yang telah siap, seperti di kawasan Pecinan, zona Eropa, dan sekitar Jalan Rajawali. Namun banyak kawasan yang belum tuntas dipersiapkan. "Banyak juga yang harus dibenahi lagi. Karena kami juga harus koordinasi dengan OPD lain untuk mematangkan kota lama ini," katanya.
Mantan Kepala Bapeda Surabaya ini juga mengatakan, salah satu pekerjaan terberat dari proyek itu adalah penataan jaringan utilitas. Pemkot ingin kabel yang menggantung dibuatkan tempat khusus di bawah tanah yang disiapkan. "Pak Wali minta dibuatkan ducting. Kabel-kabel dan jaringan utilitas lain yang menggantung, semuanya harus dipindahkan ke bawah. Ini butuh waktu yang panjang dan menjadi penyebab kawasan kota lama belum selesai hingga sekarang," katanya.
Ia mengakui jika pembangunan Suroboyo Kutho Lawas tak tuntas tepat waktu, per akhir tahun 2023. "Pak Wali minta selesai maksimal bulan Juni ini" pungkasnya.
Untuk diketahui, Suroboyo Kutho Lawas adalah kawasan kota tua yang akan berpusat di daerah Surabaya Utara. Kawasan ini akan terintegrasi melalui susur Sungai Kalimas, dengan objek wisata lainnya, seperti Monumen Kapal Selam, Kawasan Peneleh, Alun-alun Surabaya, dan Kya-Kya.
Advertisement