Suriah Kembali Tegang, Turki Biarkan Pasukan Kurdi Mundur
Ketegangan di Suriah kembali terjadi. Untungnya, ada kesepakatan Turki untuk melakukan gencatan senjata di Suriah utara. Dengan begitu, Turki membiarkan pasukan dipimpin Kurdi untuk mundur.
Wakil Presiden AS Mike Pence dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan perundingan di Ankara. Dalam pertemuan itulah, kesepakatan gencatan senjata tersebut dicapai.
Semua pertempuran akan dihentikan selama lima hari, dan AS bakal membantu memfasilitasi penarikan pasukan yang dipimpin Kurdi dari wilayah yang disebut Turki sebagai "zona aman" di perbatasan, kata Pence.
Namun tidak jelas apakah kelompok Kurdi YPG akan sepenuhnya menuruti kesepakatan ini.
Komandan Mazloum Kobani mengatakan pasukan yang dipimpin Kurdi akan melaksanakan kesepakatan gencatan senjata di wilayah antara kota perbatasan Ras al-Ayin dan Tal Abyad, tempat pertempuran sengit terjadi selama sembilan hari terakhir.
"Kami belum membahas nasib daerah lain," ujarnya, seperti dilansir BBC, Jumat 19 Oktober 2019.
Syrian Observation for Human Rights (SOHR), yang berbasis di Inggris, mengatakan pertempuran terus berlangsung di Ras al-Ain meskipun ada pengumuman gencatan senjata.
Lembaga pemantau itu mengatakan 72 warga sipil telah tewas di dalam wilayah Suriah dan lebih dari 300.000 orang mengungsi dalam delapan hari terakhir.
Seperti diketahui, Turki meluncurkan serangan lintas perbatasan pekan lalu, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan pasukan AS dari wilayah perbatasan Turki-Suriah.
Tujuan serangan tersebut ialah mengusir kelompok milisi Kurdi – Unit Perlindungan Rakyat (YPG) – yang dipandang Turki sebagai organisasi teroris.
Turki ingin memukimkan kembali hampir dua juta pengungsi Suriah di wilayah perbatasan, tapi sejumlah pihak memperingatkan bahwa rencana tersebut bisa mendorong pembersihan etnis terhadap populasi Kurdi setempat.
Beberapa pihak menuduh Presiden Trump meninggalkan sekutu AS, karena Pasukan Demokratik Suriah (SDF) – kelompok yang didominasi oleh YPG – pernah bertempur bersama AS dalam melawan kelompok Negara Islam (ISIS) di Suriah.
Tetapi pada hari Rabu Trump mengatakan bahwa pasukan Kurdi "bukan malaikat", menambahkan: "Itu bukan perbatasan kita. Kita seharusnya tidak kehilangan nyawa karena itu."