Surga Di Bawah Langit akan Tayang di Hari Film Nasional 30 Maret
Film Surga Di Bawah Langit yang semula akan tayang pada April 2020, akhirnya mendapat slot tayang di bioskop pada 30 Maret 2023. Momen ini bertepatan dengan bulan Ramadan dan Hari Film Nasional.
Film yang sudah disensorkan pada Februari 2020, ini kemudian disensorkan kembali pada Mei 2022. Lembaga Sensor Film (LSF) mengklasifikasikan film pendidikan ini untuk penonton usia semua umur.
Surga di Bawah Langit adalah karya dari sutradara dan penulis naskah Pritagita Arianegara. Tidak hanya menyutradarai, Pritagita juga terlibat dalam penyusunan naskah sebagai penulis. Dalam proses penulisan naskah, Pritagita dibantu oleh Rio Silaen dan Rien Al Anshari untuk menciptakan alur cerita yang kuat dan inspiratif.
Film ini berkisah tentang perjalanan hidup tiga orang sahabat dari kaum marjinal yang berjuang untuk sekolah dan bertahan hidup dengan caranya masing-masing. Mereka adalah yakni Ayu (Neona Ayu, Acha Septriasa), Agus (Muzakki Ramdhan, Reza Rahadian) dan Laras (Keira Vanaya, Andien Aisyah).
Empat tahun lalu, Reza Rahadian, Acha Septriasa, Andien Aisyah, Jajang C. Noer, Happy Salma, Kinaryosih, Neona Ayu, Muzakki Ramdhan, dan Keira Vanaya, menjalani syuting film drama semi musikal Surga Di Bawah Langit. Syuting dilakukan di sejumlah lokasi tak biasa, salah satunya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang Bekasi.
Drama Musikal
Film berdurasi 89 menit ini memang berbeda dari film-film lainnya. Konsepnya drama musikal yang jarang ditemukan dalam film layar lebar. Konsep ini biasanya hanya ditampilkan dalam acara pentas seni, tetapi sutradara dan produser film ini berani untuk menerapkannya dalam film.
Tentunya, tidak semua orang akan menyukai konsep ini. Namun, bagi mereka yang menyukai drama musikal, film ini bisa menjadi pilihan menarik untuk ditonton. Selain itu, film ini juga memberikan pesan yang sangat inspiratif dan memberikan warna baru di dunia perfilman Indonesia.
Sinopsis Film Surga Di Bawah Langit
Film ini berkisah tentang perjalanan hidup tiga orang sahabat dari keluarga miskin, terdapat Ayu kecil (Neona Ayu), Agus kecil (Muzakki Ramdhan), dan Laras kecil (Keira Vanaya). Di usianya yang masih belia, Ayu kecil harus menari setiap hari untuk mencari nafkah dan menambah uang sekolah.
Agus kecil hidup dengan mencopet, hal ini terpaksa ia lakukan karena tidak ada pilihan lain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan, Laras kecil (Keira Vanaya) bekerja sebagai ojek payung dan berjualan.
Ketiganya berjuang setiap hari untuk menjalani hidup, tanpa pernah memimpikan lebih. Setelah dewasa, sosok ketiganya dipertemukan kembali yang diperankan oleh Reza Rahadian, Acha Septriasa, dan Andien Aisyah.
Hari Film Nasional
Penetapan 30 Maret sebagai Hari Film Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999, di mana pada 30 Maret 1950 untuk pertama kalinya sebuah film diproduksi oleh perusahaan Indonesia dan disutradarai oleh orang Indonesia. Film tersebut berjudul Darah dan Doa (Long March of Siliwangi).
Mengutip Instagram resmi Direktoral Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, berangkat dari semangat Usmar Ismail itulah perjalanan industri film di Indonesia kemudian terus meningkat, termasuk perkembangan film anak bangsa yang sudah banyak diproduksi sejak 1950.
Majelis Musyawarah Perfilman Indonesia (MMPI) diadakan di Yogyakarta dalam rangkaian FFI 84 diajukan beberapa tanggal sebagai Hari Film Nasional, yakni 6 Oktober dan 30 Maret.
Meskipun Loetoeng Kasaroeng (1926) merupakan film pertama yang dibuat di Indonesia, tapi pembuatnya adalah orang asing, L Heuveldorp yang berkebangsaan Belanda. Jadi film itu tidak dijadikan patokan penetapan Hari Film Nasional.
Selain itu, meskipun Indonesia telah merdeka sejak 1945, tapi perusahaan film nasional baru berdiri pada 1950. Umar Ismail dan kawan-kawan mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini).