Surat Ngopi dari Seorang Kawan
Selamat pagi, selamat ngopi. Selamat Hari Sumpah Pemuda ya. Selamat untuk yang ke sekian kali. Semoga selalu awet muda, tetap muda, semangat muda, imajinasi muda, dan membangun negara dengan darah muda.
Bukan Darah Muda-nya Bang Haji Rhoma Irama lho ya, kalau yang itu hanya lagu pelipur kegelisahan. Begini liriknya kalau tak salah:
"Darah muda, darahnya para remaja.
Yang selalu merasa gagah
Tak pernah mau mengalah.
Masa muda masa yang berapi-api.
Yang maunya menang sendiri.
Walau salah tak perduli.
Darah muda.
....."
Mungkin, saat itu, saat Bang Haji mencipta lirik dan lagu itu, belum usum yang namanya tagline keren "Ngopi sik ben gak salah paham" atau "Kuat disonggo gak kuat ditinggal ngopi", dan seterusnya. Maka terciptalah lagu kegelisahan itu, dan hebatnya lagu itu hits-nya juga ndak ketulungan.
Darah muda kudunya identik dengan semangat muda. Membagun negara dengan semangat kekinian. Bukan membangun negara dengan semangat masa lalu.
Membangun negara dengan menakuti darah muda masuk dalam isu kekejaman PKI masa lalu adalah strategi yang tidak hits. Ini senyatanya malah akan menciptakan generasi yang paranoid berkepanjangan.
Kekinian juga bukan berarti identik dengan medsos an sich. Kekinian juga buanyak yang spektakuler. Simak Joey Alexander, semuda itu malah mengguncang dunia dengan permainan pianonya. Orang sak dunia memerlukan standing offition saat melihat jemari bocah ganteng ini menari tak berkesudahan di atas tuts pianonya.
Ditingkat yang agak lebih senior dari Joey, ada Emil Dardak Bupati Trenggalek. Ada Anies Baswedan Gubernur Jakarta. Lebih senior lagi, lebih nganak muda ketimbang siapa pun, ada Dahlan Iskan disana. Dan seterusnya...
Saya sepakat dengan @feskojatim yang memposting gambar ini: "Beri aku secangkir kopi, maka akan kuguncang dunia". Ini kekinian banget, ini darah muda banget. Penyemangat banget. Juosss tenan.
Anak muda harus seperti itu, harus mengguncang dunia. Tapi jangan guncangannya pakai bom, itu salah! Itu malah menodai darah muda yang pernah dilegitimasi Soekarno sebagai pembangun zaman.
Beri aku secangkir kopi, maka akan kuguncang dunia. Jadi kalau di warung kopi tak melulu mainan wifi gratisan tok. Tak melulu ngomongno wedokan, lanangan, waria-an di sudut jalan, bokingan, dan liya-liyane.
Bicaralah yang bermutu. Lahirkanlah konsep. Agar kafein dalam kopi robusta dan arabikamu tidak hanya menyumpal mata. Tidak hanya bikin betah melek, tapi mampu bikin imajinasi yang mengguncang dunia.
Tapi yo ngono rek, usai lahir konsep, usai mampu melahirkan yang berguna bagi nusa dan bangsa, ojo lali bayar kopinya. Kasihan petaninya kalau sampai ndak bayar, warung akan lebih cepat kukut bangkrut. Sementara petani kopi butuh dikulak dan dibeli kopi robusta dan arabikanya. widikamidi