Surat Ali Imran 104, Tafsir Nyata Spirit Muhammadiyah
Lahirnya Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah didasari pada spirit Islam yang ingin menghadirkan sekelompok umat. Bukan umat yang biasa tetapi umat yang punya nilai lebih untuk menjalankan fungsi dakwah. Demikian disebutkan dalam Al-Quran Surat Ali Imran: 104.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran ayat 104).
Ketua Umum PP Muhammadiyah menjabarkan, kehadiran Persyarikatan bagian untuk membentuk umat yang terpilih bukan umat yang awam artinya umat yang terpilih itu umat yang memiliki nilai-nilai lebih, lebih dalam pemahaman keagamaan, lebih dalam akhlaknya, lebih dalam tindakan dan amaliahnya, lebih dalam ilmunya, lebih dalam peran-peran sosial kemasyarakatannya karena dengan lebih itu, dengan punya nilai keunggulan, dia menjadi aktor, dia menjadi pelaku gerakan.
Karena itu, lanjut Haedar, maka Kiai Dahlan memperbaharui cara berpikir keagamaan, yang disebut taghyir al Islam. Adapun umat Islam itu membaca Al-Qur’an, memahami Al-Qur’an, membaca Hadits, memahami Hadits, dan mengamalkan Al-Qur’an dan Hadits dengan baik, lebih baik, bahkan juga dikaitkan dengan situasi zaman saat itu dan ke depan.
“Disebut tajdid perubahan saat itu umat Islam di negeri kita juga sudah mengamalkan Islam, tetapi pembaharuannya tidak banyak. Contohnya Surat Al-Ma’un dihafal dan banyak dipakai dalam sholat dan itu baik, tetapi cukup disitu tetapi Kiai Dahlan menggunakan Al Ma’un diajarkan selama 3 bulan tetapi dipraktekkan dengan cara apa? Mengambil anak yatim, menyantuni orang miskin, akhirnya mendirikan hospital (rumah sakit), mendirikan klinik, mendirikan panti asuhan, dan gerakan sosial kesehatan dan kemasyarakatan. Sehingga dari Al Ma’un lalu menjadi apa yang disebut dengan gerakan atau harokah Islamiyah nah itu bedanya dan menjelaskan contoh-contoh Al Ma’un,” jelas Haedar.
Praktik Amal Ibadah dan Amal Sosial
Haedar menegaskan, Islam itu bukan hanya menjadi ajaran akan tetapi juga praktek hidup, itulah yang dirintis oleh Kiai Dahlan. Kemudian yang kedua Kiai Dahlan juga mempraktekkan Islam itu menjadi bil amal, menjadi agama perbuatan, menjadi amal tadi disebut Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi.
“Bil amal itu perintis ekonomi karena beliau adalah wirausaha. Kemudian peran-peran kemasyarakatan dan membangkitkan harokah masyarakat untuk bekerja, berbuat. Inilah yang kemudian melahirkan amal usaha,” kata Haedar.
“Alhamdulillah dalam 119 tahun ‘Aisyiyah sekarang sudah punya 23.000 TK ABA. Dari Aceh sampai Papua bahkan sekarang ada satu yang di Kairo TK ABA Aisyiyah Di Kairo Mesir. Kemudian Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah punya sekolah ribuan, ya ada 8.000 lebih begitu, itu juga wujud dari Kiai Dahlan ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dan dari Lembaga Pendidikan. Ada yang berbentuk Pondok Pesantren sekarang sudah ada 349, Muhammadiyah ada banyak disitu berbeda dengan saudara-saudara kami NU yang khusus menggarap pesantren, tapi nggak papa turut berbahagia saja. Sekolah Umum, sekarang membangun sekolah umum itu ada madrasah, boarding school,” papar Haedar.
Semua amal usaha yang diupayakan oleh Muhammadiyah tadi, menurutnya, tidak lain membawa misi Pendidikan Islam modern yang mendidik akidah, akhlak tetapi juga memajukan anak-anak bangsa.