Surat Al-Baqarah 183 Tak Menyebut Siapa Yang Mewajibkan Puasa?
Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib bagi umat Islam yang telah tertulis dalam Surat Al-Baqarah ayat 183. Dalam ayat tersebut, Allah SWT memastikan bahwa orang beriman wajib menjalankan ibadah Puasa Ramadhan.
Surat Al Baqarah ayat 183 bunyi lengkapnya adalah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yaa ayyuhallaziina aamanụ kutiba 'alaikumus-siyaamu kamaa kutiba 'alallaziina ming qablikum la'allakum tattaquun
Artinya:
Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Dari beragam ilmu tafsir disebutkan bahwa kata يَاأَيُّهَا (Baca: Yaa Ayyuha) merupakan kata panggilan. Dalam bahasa Arab disebut harfun nida’ حرف النداء (kata panggilan). Ia sama dengan kata "Yaa". Atau dalam bahasa Indonesia, "Hai" atau "Wahai".
Dalam Al-Qur’an, ditemukan penggunaan kata "Ya Ayyuha", seperti pada kata "Ya ayyuhalladzina amanu," "Yaa ayyuhan naas," "Ya ayyuhan nabiy", "Yaa ayyuhal mudats-tsir", "Yaa ayyuhal muzzammil", dan lainnya. Artinya sama, berupa panggilan kepada pihak-pihak tertentu. Biasanya, jika seseorang dipanggil, dia akan bersungguh-sungguh menyambut panggilan itu.
Dalam perkataan, "يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا" (Baca: Yaa ayyuhallaziina aamanụ), orang-orang beriman selalu disebut secara jamak (kolektif/bersama-sama). Al-Quran tidak mengatakan, "Yaa aiyuhal mukmin" (wahai seorang Mukmin). Atau tidak pernah dikatakan, "Yaa ayyuhal ladzi amana" (wahai satu orang yang mengimani). Akan tetapi, selalu dikatakan, "Ya aiyuhal ladzina amanuu" (wahai orang-orang yang beriman).
Lantas bagaimana tafsir atau arti luas dari ayat yang hampir selalu dibaca oleh para Dai setiap membicarakan kewajiban Ibadah Puasa Ramadhan ini?
Tafsir Al Mishbah Surat Al Baqarah ayat 183:
Kami mewajibkan puasa sebagai upaya pembersihan jiwa, pengekangan hawa nafsu dan sebagai perwujudan kehendak Kami melebihkan derajat manusia dari binatang yang tunduk hanya pada instink dan hawa nafsu.
Berpuasa merupakan syariat yang juga telah diwajibkan atas umat terdahulu, maka janganlah kalian merasa berat untuk melakukannya. Dengan puasa itu Kami bermaksud menanamkan jiwa ketakwaan, menguatkan daya inderawi dan mendidik jiwa kalian.
Di samping hikmah spiritual-edukatif, ilmu kedokteran modern banyak menyinggung manfaat medis puasa. Antara lain, bahwa puasa bisa menjadi terapi berbagai macam jenis penyakit seperti darah tinggi, penyempitan pembuluh nadi (arterios klerosis), penyakit lemah jantung dan diabetes. Puasa mampu memperbaiki sistem pencernaan, mencegah infeksi persendian dan memberi kesempatan pada jaringan tubuh untuk istirahat, melenyapkan sisa-sisa organik yang berbahaya bagi tubuh dan memberikan perlindungan pada tubuh dari berbagai jenis penyakit lain.
Muhammad Quraish Shihab penulis Tafsir Al-Mishbah menuliskan lebih gampang dipahami soal puasa di akun Twitter resminya @quraishihab. "Ayat di atas (Al-Baqarah 183) menyebut kewajiban berpuasa tanpa menyebut siapa yang mewajibkannya. Ini untuk mengisyaratkan bahwa seandainya bukan Allah SWT yang mewajibkannya, manusia sendiri akan melaksanakannya setelah tahu besar manfaatnya," tulis Quraish.
Menurut Quraish Shihab, puasa yang diajarkan Al-Quran dapat membuahkan kesucian jiwa, keikhlasan, dan ketulusan. Puasa juga bisa sebagai pengawasan diri dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Tafsir Jalalain Surat Al-Baqarah ayat 183:
(Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu) di antara umat manusia (agar kamu bertakwa) maksudnya menjaga diri dari maksiat, karena puasa itu dapat membendung syahwat yang menjadi pangkal sumber kemaksiatan itu.
Tafsir Al-Muyassar Surat Al-Baqarah ayat 183:
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya dan mengerjakan amal shalih sesuai dengan ajaran syariatNya, Allah telah mewajibkan kepada kalian berpuasa, sebagaimana telah mewajibkannya atas umat-umat sebelum kalian; supaya kalian bertakwa kepada Tuhan kalian, kalian menjadikan antara diri kalian dengan perbuatan-perbuatan maksiat dinding pelindung dengan cara taat kepadaNya dan beribadah kepadaNya semata.
Advertisement