Surabaya Terancam Tenggelam, Eri Cahyadi Gandeng BBWS Atasi Banjir di 2025
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, melakukan pertemuan dengan Kepala BBWS Brantas Hendra Ahyadi di Balai Kota, Surabaya, Kamis 2 Desember 2024. Pertemuan ini dilakukan untuk mencari solusi mengatasi permasalahan banjir yang terjadi beberapa waktu lalu.
Eri mengatakan, bahwa banjir di Kota Pahlawan karena kiriman air dari Mojokerto dan Jombang. Sementara kali dan sungai di Surabaya dalam kondisi penuh sehingga tidak dapat menampung debit air yang tinggi.
Di mana, air tersebut melalui Sungai Brantas yang merupakan kewenangan dari Pemerintah Pusat melalui UPT BBWS Brantas. "Surabaya adalah hilir dari atas itu ada Kediri, Jombang, Mojokerto. Meskipun beliau mengatur jangan lewat Mlirip dan sudah ditutup itu Mliripnya kemarin, ternyata Kali Jagir dan Kali Surabaya Wonokromo sudah tidak menampung," kata Eri.
Apabila tidak diatasi, lanjut Eri, Surabaya akan tenggelam di masa-masa mendatang ketika dilanda hujan deras dengan durasi panjang.
Namun, ia pun bisa memahami bahwa permasalahan tersebut tak bisa diatasi sendiri oleh BBWS Brantas sehingga ia pun siap berkolaborasi untuk mengatasi banjir ini. Bahkan, ia sudah bersurat ke Kementerian PU agar Pemkot Surabaya bisa membantu penanganan misal pembersihan maupun memperbaiki apabila ada kerusakan Sungai Brantas di wilayah Surabaya.
“Bayangkan kalau ini (pintu air) dibuka semuanya Surabaya pasti akan tenggelam,” tuturnya.
Untuk itu, secara konkret politisi PDI Perjuangan itu mengatakan akan membangun lebih banyak box culvert yang menghubungkan dengan sungai yang berdekatan.
Selain itu, pihaknya juga akan berkolaborasi dengan BBWS Brantas untuk mengembalikan fungsi sungai yang selama ini tertutup agar kembali normal dan bisa mengalirkan air ke laut.
Jangka panjangnya, pihaknya akan berkoordinasi lebih lanjut lintas daerah yang dilalui Sungai Brantas untuk menyelesaikan permasalahan sesuai daerah masing-masing. “Insya allah jangka panjang dalam lima tahun sudah baik,” pungkasnya.
Sementara Kepala BBWS Brantas Hendra Ahyadi mengatakan kendala yang dialami selama ini adalah soal keterbatasan anggaran sehingga tidak bisa mengentaskan berbagai permasalahan dengan cepat. Salah satunya permasalahan enceng gondok.
Apalagi, Brantas ini membentang dari Malang, ke Blitar, kemudian Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk, Mojokerto, Jombang, Sidoarjo dan Surabaya.
“Kalau diserahkan ke kami semua itu juga cukup berat kami mengelola. Sehingga, kolaborasi dengan Pemkot Surabaya sebagai ujungnya ini sangat strategis. Semoga ke depan lebih kolaboratif sehingga ke depan enceng gondok dan sebagainya bisa cepat tertangani,” tuturya.
Ia mengaku, bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan enceng gondok. “BBWS sebetulnya ada kegiatan di kami yang sifatnya berkala. Tapi memang kecepatan tumbuhnya enceng gondok tidak sebanding dengan kegiatan kami melakukan pembersihan,” pungkasnya.
Advertisement