Surabaya Masuk Nominasi Ghuangzhou Award
Kota Surabaya masuk dalam nominasi Guangzhou Award 2018. Agenda internasional ini sebelumnya sudah diikuti Surabaya tiga kali. Sebanyak itu pula Surabaya belum berhasil meraih penghargaan.
Namun beda dengan yang kali ini. Keikutsertaan untuk keempat kalinya, Surabaya berhasil menjadi salah satu nominasi. Wali Kota Surabaya, Tri Rismahrini pun optimis. Menurutnya, Kota Pahlawan mampu meraih penghargaan itu.
“Semoga yang keempat ini bisa menang,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam acara kongres UCLG asia pasific ke-7 bertema Urban Innovation for the Local Implementasion of Global Agenda di Dyandra Convention Center, Jumat, 14 Agustus 2018.
Dirinya pun mengakui bahwa sebenarnya hubungan kerjasama antara Surabaya dengan Guangzhou, Cina sudah terjalin sejak lama.
“Kurang lebih saat saya masih menjabat sebagai Kepala Dinas Bina Program tahun 2002,” kata dia.
Director of Guangzhou Institute for Urban Innovation, Nicholas You mengatakan alasan terpilihnya Surabaya masuk dalam nominasi Guangzhou Award karena inisiatif yang dilakukan kota ini dengan melibatkan masyarakat yang kemudian menjadi gerakan sosial.
"Hal ini bisa menjadi contoh untuk negara lain dan itu tidak dapat disepelekan," ujar dia.
Nicholas mencontohkan, pembayaran transportasi umum menggunakan botol plastik kosong. Selain itu, inisiatif pengelolaan limbah di Surabaya telah mendapatkan kepemilikan dan pembelian yang luas, sangat kreatif dan di dasarkan pada model bisnis yang murah serta berkelanjutan secara keuangan.
“Meskipun populasi berkembang, jumlah limbah yang dihasilkan semakin berkurang,” ujar dia.
Lebih lanjut, kata Nicholas yakni soal komitmen yang kuat untuk mengadopsi praktik terbaik dan teknologi internasional dalam menciptakan sistem pengelolaan, pemantauan dan pelaporan limbah yang berkelanjutan secara ekonomi.
“Hal itu yang membuat Komite Teknis terkesan oleh efektivitas, kreativitas dan inisiatif Kota Surabaya dan itu sudah dibuktikan secara nyata,” sambung Nicholas.
Menurut Nicholas, Surabaya sudah layak disebut sebagai kota berkelanjutan. Hal itu dibuktikan dengan sistem pengelolaan limbah partisipatif yang menjadi titik awal bagi Surabaya untuk menjadi kota yang lebih berkelanjutan.
Pengelolaan limbah yang efektif, kata Nicholas, membutuhkan pengurangan konsumsi, peningkatan penggunaan kembali dan daur ulang dan disiplin.
“Ini adalah indikator kunci dari perubahan perilaku. Mungkin salah satu bahan terpenting untuk memperkenalkan perubahan di sektor lain seperti transportasi dan mobilitas, energi, keselamatan dan nutrisi,” tandasnya.
Nantinya, Indonesia akan bersaing dengan 14 kota untuk mendapatkan Guangzhao award diantaranya, Brusells Belgia, Dangbo Benin, Federal Distric Brazil, Vaudreuil-Dorion Canada, Vancouver Canada, Guangzhou, China, Nanning China, Bogota Colombia, Curridabat Colombia, Senftenberg Germany, Isfahan Iran, Hong Kong China, Eliat Israel, Kfar Saba, Israel dan Bologna Italia.
“Kota-kota terpilih akan diundang ke Guangzhou pada awal Desember dan juri akan memutuskan pemenang berdasarkan presentasi serta aplikasi tertulis yang telah diajukan setiap kota,” tutup Nicholas. (frd/amr)