Surabaya Gagal Smart City, Pakar ITS: Warga Tak Tahu Fasilitas
Pakar Tata Kelola Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Putu Rudy Satiawan menyebut, IMD World Competitiveness memiliki cara sendiri dalam menetapkan Smart City.
Hal tersebut, diungkapkan Putu saat menjadi pembicara dalam diskusi Surabaya Gak Jadi Smart City, Gak Bahaya Ta? di Ngopibareng.id, Jalan Taman Gayungsari Barat II, pada Senin, 26 Mei 2023.
Putu mengatakan, pihak IMD World Competitiveness mengambil responden sebanyak 120 orang dari wilayah yang hendak dinilai. Mereka kemudian bakal diberi pertanyaan infrastruktur, teknologi dan pelayanan.
"Kita baca indeks Smart City IMD mereka menggunakan 120 responden, mereka ini konsumen. Ditanya itu dari infrastruktur, teknologi dan layanannya," kata Putu.
Dengan demikian, kata Putu, perihal infrastruktur yang ditanyakan bukan terkait pembangunan. Akan tetapi, dampak yang diterima oleh masyarakat dari fasilitas tersebut. "Dari sisi Pemkot Surabaya bilang sudah membangun infrastruktur, volume, besaran serta sebarannya. Lalu masyarakat mengatakan, tidak tahu," jelasnya.
Menurut Putu, pembangunan fasilitas seharusnya dibarengi dengan pengetahuan masyarakat. Maka, publik dapat merasakan memanfaatkannya secara langsung di kehidupan sehari-hari. "Walikota itu bertanggung jawab pada warganya, saya pikir fasilitas ini belum begitu efektif, karena belum dikonsumsi warganya, belum optimal," tutupnya.
Sebelumnya, Putu menyebut, Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) tidak perlu kebakaran jenggot. Hal itu diungkapkan saat diskusi Surabaya Gak Jadi Smart City, Gak Bahaya Ta? di Ngopibareng.id.
"Tentang Smart City, Pemkot Surabaya tidak perlu kebakaran jenggot," kata Putu, saat menjadi pembicara, Senin, 26 Juni 2023.
Putu menilai, respons Eri ketika Surabaya tidak masuk dalam Smart City versi IMD World Competitiveness, arogan. Seharusnya, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko), itu belajar.
"Kalau begini arogan sebetulnya, karena dia tidak tahu bagaimana membentuk layanan, layanan itu kan dibagi dua saja, supply delivery dan demand delivery itu saja frame besarnya," jelasnya.
Advertisement