Khofifah Ingin Bangun MRT, Legislator : Bus Dulu Dikomersialkan
Pembangunan kereta cepat Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta, membuat beberapa kota besar di Indonesia menargetkan untuk turut membangun transportasi publik tersebut. Tak terkecuali Surabaya.
Menjadi kota terbesar kedua di Indonesia dan pusat di Indonesia timur, membuat Surabaya membutuhkan transportasi publik yang dapat memudahkan mobilitas para warganya.
Keinginan warga Surabaya memiliki transportasi publik sempat dijawab oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang ingin membuat proyek Monorel dan Tram yang membelah kota Pahlawan.
Bahkan, sempat ada kajian pembangunan Monorel di Jalan Raya Darmo, dan Tram di Jalan Tunjungan. Maket dan video visual pun sudah jadi.
Namun hingga kini, menjelang purnatugasnya Risma, proyek tersebut tak kunjung dibangun. Bahkan, Risma sudah memastikan proyek Monorel dan Tram batal dibuat.
"Sudah saya pastikan, tram tidak jadi dibangun. Monorel juga sudah batal toh. Pembangunan butuh long term dan dana agak besar, sedangkan saya sudah mau selesai. Jadi ya tidak bisa," ujar Risma beberapa waktu lalu.
Kini, harapan itu kembali muncul saat Gubernur baru Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan tertarik untuk mengadopsi MRT/LRT yang dibangun di Jakarta untuk Jawa Timur.
Minggu lalu pun, Khofifah juga sudah melakukan kunjungan ke Jakarta serta mencoba menggunakan MRT Jakarta.
"Bagus ya MRT. Pemprov tengah menjajaki pembangunan transportasi massal berbasis rel untuk menghubungkan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan," ujar Khofifah.
Tak tanggung-tanggung, Pemprov telah menjajaki dengan Inggris. Itu diungkapkan Khofifah saat bertemu dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, pada 13 Maret 2019.
Namun, keinginan Khofifah sepertinya bertepuk sebelah tangan, menurut Anggota DPRD Surabaya terpilih asal Partai Solidaritas Indonesia (PSI), William Wirakusuma, pembangunan MRT di Surabaya belum tepat, karena Surabaya masih memiliki Surabaya Bus yang belum sempurna.
Ia mengapresiasi keputusan Risma untuk menjadikan Suroboyo Bus sebagai bus kota sekaligus wisata, dengan pembayaran menggunakan sampah botol plastik.
Namun ia menyayangkan, keputusan itu tak memberikan dampak signifikan dalam pemecahan masalah macet di Surabaya.
Bagi William, sebuah kota besar mencanangkan membuat MRT/Subway didasari oleh tak tertampungnya bus kota yang telah digunakan di kota tersebut.
Ia mencotohkan saat Pemerintah Kota Berlin dan Singapura memutuskan membangun kereta bawah tanah.
"Berlin itu bus kota nya dengan jarak antar bus 8 menit itu tidak tertampung. Maka dari itu Pemerintah kota Berlin membanvun kereta UBahn (Kereta Bawah Tanah) dengan headway hanya 3 menit. Begitupula Singapura," ujar William kepada ngopibareng.id
Maka dari itu, ia lebih berharap Pemkot Surabaya menyempurnakan terlebih dahulu Bus Rapid Transit (BRT) Suroboyo Bus milik Pemkot. Bahkan akan lebih baik apabila diberikan jalur khusus seperti Transjakarta.
Menurut William, apabila BRT Suroboyo Bus telah pasti dan tetap serta stabil baru bisa mrt akan efektif dan berguna bagi masyarakat. Jika tidak, pembangunan MRT akan sia-sia.
"Saya hitung Surabaya ini minimal butuh BRT 15 Line/koridor seperti Transjakarta. Itu jadi salah satu concern saya di DPRD untuk mengegoalkan BRT lebih di komersilkan," ujar William.
Keputusan yang disampaikan oleh William agar Pemkot membangun BRT untuk Surabaya didasari oleh sudah tersedianya fasilitas publik yang dapat mensukseskan proyek BRT tersebut.
Salah satu contoh fasilitas publik yang mendukung adanya BRT di Surabaya adalah lebarnya trotoar Surabaya, tersedianya sarana gedung parkir, jembatan penyeberangan yang dilengkapi lift, serta telah diperbaruinya terminal Joyoboyo.
"Joyoboyo bisa jadi Hauptbahnhof (terminal pusat bus) untuk BRT Surabaya. Apalagi di Surabaya model jalannya tidak seribet Jakarta, jadi membangun Busway itu lebih mudah. Tinggal memikirkan perpindahan orangnya, bisa menggunakan JPO seperti di mayoritas halte Transjakarta, atau pelican crossing seperti di halte Bundaran HI," pungkas William
Ia berharap dengan terpilihnya para anggota legislatif baru di DPRD Surabaya, dan akan diadakannya Pilkada Surabaya guna mendapatkan Wali Kota baru, transportasi massal di Surabaya dapat diterapkan dengan baik, benar, dan bijak.