Supriaten Sajikan Metode Pembelajaran Matematika Menyenangkan
Inovasi pembelajaran menjadi faktor krusial dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, yang selanjutnya membuka jalan bagi agenda besar pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan, peningkatan kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah menjadi bagian penting dalam pengembangan SDM, apalagi Kalimantan Timur akan menjadi lokasi Ibu Kota Negara (IKN).
“Besar harapan kami agar insan-insan muda dapat mengenyam pendidikan dasar yang berkualitas melalui sekolah-sekolah dan guru-guru terbaik,” ujarnya dalam sambutan untuk buku “Pijar Pembelajaran, Perjuangan Insan Pendidikan Penyangga Nusantara”, dikutip Senin 23 Januari 2023.
Buku hasil kolaborasi dengan Tanoto Foundation ini memuat kisah inspiratif 20 pejuang pendidikan dari empat kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Melalui program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran), organisasi filantropi independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto sejak tahun 1981 ini telah bermitra dengan 25 pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.
Pada tahun 2021, program ini berhasil menjangkau 8.490 guru dan kepala sekolah sebagai model pelaksana pembelajaran aktif bagi lebih dari 198.000 siswa.
Salah satu pejuang pendidikan yang ikut berpartisipasi dalam program PINTAR adalah Supriaten, guru matematika SMPN 05 Tanah Grogot, Kabupaten Paser.
Supriaten mengisahkan, di awal pengalamannya sebagai guru selama 22 tahun, dia mengajar layaknya guru-guru terdahulu. Proses pembelajaran cenderung satu arah, sehingga interaksi timbal balik dari murid juga minim.
“Ini diperparah dengan stigma bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan,” ujar Supriaten.
Lulusan S1 Pendidikan Matematika, Universitas Purworejo, ini menyadari stigma tersebut harus dihapus. Karena itulah, dia terus berupaya merancang model pembelajaran yang lebih atraktif.
Gayung pun bersambut saat Supriaten bergabung menjadi Fasilitator Daerah (Fasda) hingga menjadi Fasilitator Nasional (Fasnas) program PINTAR. “Hasilnya, persepsi negatif itu berubah menjadi lebih positif,” ucapnya.
Bagaimana tidak, dengan pengalaman dan pengetahuan yang didapat Supriaten melalui program PINTAR, dia bisa menyajikan metode belajar matematika yang menyenangkan. Misalnya, penggunaan platform Quizziz hingga Kahoot yang lazimnya digunakan pada sesi informal.
Kurikulum Merdeka yang mengharuskan adanya pertanyaan pemantik sebelum kelas dimulai, juga menjadi jalan masuk Supriaten untuk memanfaatkan platform Padlet dan Tricider yang dapat menjadi ajang brainstorming serta panggung komunikasi murid.
“Kami juga memanfaatkan alat-alat peraga di kelas sehingga bisa menciptakan proses pembelajaran interaktif,” katanya.
Hasilnya, murid lebih menikmati proses belajar, yang dibarengi dengan tumbuhnya penalaran serta kreativitas. Tak berhenti di situ, Supriaten juga giat membagikan ilmunya ke khalayak luas, termasuk mendorong murid-muridnya untuk mengunggah tugas-tugas berbentuk video ke media sosial agar bisa menjadi materi belajar bagi banyak orang.
“Saya berharap bisa terus memberikan dampak positif ke masyarakat, terutama perihal penalaran dan kreativitas,” katanya.
Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati menambahkan, pendidikan dasar (jenjang SD dan SMP) merupakan fondasi esensial dalam membangun SDM, terutama pada kemampuan kognitif, sosial, hingga emosional.
“Terlebih lagi, penilaian internasional atas kompetensi siswa, PISA 2018, menunjukkan bahwa mayoritas anak Indonesia usia 15 tahun masih berada di bawah standar minimum dalam kemampuan literasi, numerasi, dan sains,” kata Margaretha.
Karena itu, melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah, program PINTAR memiliki misi membantu pemerintah dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah.
“Melalui program PINTAR, kami tidak hanya memodelkan pembelajaran aktif, namun juga mendorong percepatan pembelajaran berbasis teknologi,”
Selain Supriaten, sosok inspiratif pejuang pendidikan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, yang kisahnya diangkat dalam buku Pijar Pembelajaran adalah Sriatun (Kepala SDN 04 Tanah Grogot), Jauhari (Kepala Seksi Kurikulum SMP Disdikbud Kabupatan Paser), Bambang Tjiptadhi (Kepala SMPN 03 Tanah Grogot), dan Dewi Markiah (Guru IPA SMPN 03 Tanah Grogot).