Superhero Beramal, Komunitas Superhero yang Sudah Hijrah
Lima orang superhero sedang "nampang" di Taman Bungkul Surabaya pada Minggu pagi 30 Desember lalu. Ada Kamen Raider alias Ksatria Baja Hitam, Spiderman, Naruto sampai Thor,-- superhero yang identik membawa martil ini. Mereka nampang saat car free day sedang digelar.
Sekilas, kegiatan mereka ini tak jauh berbeda dengan penggemar superhero lain yang kagum dengan tokoh-tokoh animasi. Saking ngefansnya dengan tokoh superhero, mereka biasanya juga mengoleksi pernak-pernik yang berhubungan dengan tokoh superhero yang dikagumi. Mulai kaos, mainan, sampai kostum superhero.
Untuk mendapatkan semua pernik-pernik tokoh superhero yang mereka kagumi, seorang kolektor bahkan sampai rela merogoh uang jutaan rupiah. Hobi yang tak murah sebenarnya.
Setelah mendapatkan semua pernik-pernik yang berhubungan dengan superhero itu pun, hanya kepuasan batin yang mereka dapatkan. Mungkin ada juga rasa pride, prestise yang mereka dapatkan,-- karena berhasil mengoleksi pernik-pernik tokoh superhero yang mereka kagumi.
Namun pertanyaannya, setelah mendapatkan kepuasan batin, prestise, pride, atau rasa-rasa lainnya, lalu apa yang manfaat untuk orang lain setelah mendapatkan itu semua? Pertanyaannya itu pula yang mengganjal di hati Fajar Riyadi Kadi.
Fajar Riyadi Kadi adalah salah satu penggemar Ksatria Baja Hitam atau Kamen Rider. Sekitar 2013 lalu, ia bahkan mendirikan komunitas Kamen Rider Surabaya Club. Isinya sudah bisa ditebak. Kumpulan pengemar Ksatria Baja hitam.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, Fajar merasakan kehampaan dalam jiwanya. Karena hanya kegiatan itu-itu saja yang ia lakukan bersama dengan kawan-kawannya. Dia malah merasakan, kegiatan yang ia lakukan bersama dengan teman-temannya itu malah cenderung tak bermanfaat.
"Kegiatan kami cuma itu-itu saja. Mengisi event Jepang di mall atau kampus. Saya merasa, harus bermanfaat bagi orang lain," kata Fajar.
Fajar pun akhirnya memilih berhenti sejenak dari aktivitas komunitas Kamen Rider Surabaya. Dia merenung apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Namun, suatu hari sekitar tiga tahun lalu muncul ide, untuk memanfaatkan kostum superhero untuk kegiatan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Tepat pada 2015, Fajar mencetuskan ide membuat Komunitas Superhero Beramal dan mengajak teman-temannya yang memiliki visi-misi yang sama yaitu bermanfaat bagi orang lain. Mereka adalah Miftahur, Hendrik Hermawan, Adi, Danang serta Putera.
"Mereka juga penggemar superhero sama seperti saya. Tapi mereka sudah hijrah dan ingin bermanfaat bagi orang lain" kata pria yang bekerja di Yayasan Nurul Hayat ini.
Mereka memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Fajar adalah seorang desain grafis, Miftah karyawan swasta, Adi seorang marketing, Danang adalah aktivis dan Putera seorang pengusaha jasa layanan travel.
Meskipun memiliki pekerjaan yang berbeda, mereka tetap punya tujuan yang sama, bermanfaat untuk orang lain. Mereka pun berpikir, bagaimana caranya kostum superhero yang mereka miliki bisa juga bermanfaat untuk menolong sesama,-- bukan hanya untuk kepuasan pribadi mereka sendiri.
Akhirnya, mereka berlima pun sepakat, melakukan penggalangan dana secara rutin setiap Minggu pagi di Taman Bungkul. Bedanya, mereka menggalang dana dengan menggunakan kostum superhero yang mereka miliki. Lima orang penggemar superhero ini pun bersepakat untuk bekerjasama.
Bak film Justice League, dimana para superhero berkolaborasi memerangi kejahatan, Superhero Beramal ini pun bekerjasama untuk menggalang dana. Superhero Beramal pun menjadi nama komunitas ini.
Tak hanya menggalang dana, kegiatan Superhero Beramal pun merambah dunia dakwah. Saat dakwah pun, mereka juga selalu menggunakan kostum superhero sebagai ciri khas.
"Kita buat pengajian. Kita juga sering datang TPQ (Taman Pembelajaran Al-Qur'an) untuk membawakan cerita nabi pada adik-adik," kata Fajar
Jalan yang baik tak selalu mulus, pepatah ini agaknya cocok dengan Superhero Beramal. Meskipun memiliki tujuan yang mulia, ada saja hal yang dipermasalahkan orang lain. Salah satunya kejadian tiga bulan lalu.
Saat itu, Fajar bersama dengan teman-temanya membuat pengajian yang bertema "Pop Culture". Peserta yang hadir pun lumayan banyak. Ada sekitar 200an orang yang hadir. Ustadz Marzuki Imron yang juga pembina Superhero Beramal yang ikut di dalamnya.
Ustadz Marzuki Imron sebenarnya juga bukan ustadz "sembarangan". Dia juga penggemar tokoh animasi Naruto, detektif cilik dari Jepang. Ustadz Marzuki Imron pun dikenal dengan sebutan Ustad Naruto. Karena saat ceramah, ia sering mengenakan kostum Naruto.
Saat mengisi pengajian dengan tema "Pop Culture" itu, Ustadz Marzuki Imron juga memakai pakaian ala Naruto. Panitianya pun juga mengenakan kostum superhero juga.
"Banyak orang mendukung, tapi banyak juga yang menghujat. Ini bid'ah (perbuatan yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW)," kata Fajar.
Hal ini tak membuat mereka menyerah. Justru menjadi semangat mereka untuk terus bermanfaat bagi sesama.
"Cibiran" saat mengenakan kostum superhero, tak hanya saat berdakwah. Superhero Beramal kerap juga mendapatkan tawaran pekerjaan untuk meramaikan sebuah acara. Sebagai selingan hiburan. Mereka disamakan dengan badut-badut yang biasa dipanggil untuk mengisi acara. Namun atas "peluang bisnis" ini, tak mereka ambil.
"Kami fokus dengan apa yang kami kerjakan yaitu charity dan dakwah. Kalau hanya untuk menghibur yang komersil kami tidak mau. Sudah ada yang mau melakukan, " kata Fajar.
Secara keanggotaan Superhero Beramal saat ini memiliki 15 orang anggota di Surabaya. Namun dari jumlah itu, hanya lima anggota saja yang mempunyai kostum. Jika ditotal, jumlah kostum yang dimiliki oleh lima anggota itu, ada sekitar 30an kostum.
Mereka membelinya dari situs online maupun memesan kepada salah satu anggota yaitu Hendrik Hermawan. Dia bisa membuat sendiri kostum superhero. Proses pengumpulan kostum pun sudah dimulai dari saat tergabung dalam komunitas Kamen Rider Surabaya.
Soal kostum Superhero ini, Fajar memang tak mematok harga mati, setiap anggota Superhero Beramal tak harus harus punya. Kalau tak punya, masih bisa tetap gabung dengan Superhero Beramal. Karena Fajar sadar, jika harga kostum superhero tak murah. Harga kostum superhero paling murah mulai dari harga 1 juta sampai puluhan juta. Tergantung dari bahannya.
"Anggota tak harus punya kostum. Asal tujuanya sama, yaitu bermanfaat bagi orang lain, bisa gabung dengan Superhero Beramal," kata Fajar.
Superhero Beramal pun juga sudah merambah kota-kota lain, selain Surabaya. Misalnya saja ada di Madiun, Makasar dan Timika. Mereka secara kepengurusan independen, namun tetap berafiliasi dengan Superhero Beramal yang ada di Surabaya.
Memasuki tahun 2019 ini, komunitas Superhero Beramal berharap semakin banyak teman-teman pengemar superhero bisa berhijrah, tanpa meninggalkan hobinya. Justru dapat memanfaatkan hobi sebagai ladang pahala.
Fajar juga mengatakan, 2019 ini, Superhero Beramal sudah menyiapkan agenda pengajian rutin. Mereka bahkan sudah membuat roadmap pengajian untuk setahun ke depan.
Salah satu judul kajian yang ingin mereka lakukan di Januari adalah Sholehman Into Jannah Verse. Tema ini terinspirasi dari judul film Spiderman Into The Verse. Sebelumnya mereka juga sudah berhasil melaksanakan kajian dengan beberapa judul, salah satunya Jannah Is Calling Fantastic Friends.
Tapi, meski sudah merambah ke dunia dakwah, charity rutin setiap minggu pagi tetap mereka lakukan. "Charity tetap dilakukan, karena itu kegiatan utama," kata Fajar.
Komunitas Kamen Rider Surabaya yang dibentuk oleh Fajar pertama kali, tetap ia pantau. Dia tak meninggalkannya. Dia masih membantu dan mendukung dari belakang.
"Saya masih aktif di belakang layar, cuma saya sudah tidak aktif kegiatannya. Sekarang saya mencoba mengajak teman-teman untuk hijrah juga," kata Fajar. (pit)