Penjelasan Super Blue Blood Moon, Bulan Bertawaf Sekitar Ka’bah
Fenomena langka "Super Blue Blood Moon" terlihat, Rabu, 31 Januari 2018, di langit Asia, Australia, Amerika Utara, Timur Tengah dan Rusia. Fenomena unik ini muncul ketika bulan menghilang secara perlahan di balik bayangan Bumi dan kembali tampil dengan warna merah atau kecokelatan. Di Indonesia gerhana bulan total bisa disimak mulai pukul 19:00 hingga 21:00 WIB.
Pada saat gerhana bulan kali ini, bulan akan mengelilingi Ka;bah dan langit akan berwarna biru muda. Inilah saat penerimaan doa, taubat, munajat. Ini terjadi setiap 100 ribu tahun sekali.
"Siapa yang berdoa akan diterima dan dikabulkan Alla SWT. Bulan akan melakukan Tawaf di sekitar Ka'bah.
Rabbi minkulli zambi wa'atubu illiahi. "Jika kamu mengirim doa ini kd temanmu, Allah akan menyelesaikan semua masalahmu," tulis Siti Aisyah, seorang warganet.
Gerhana bulan total terjadi ketika keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Sinar matahari terhalangi oleh bumi karena bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama.
Gerhana bulan total termasuk peristiwa alamiah yang tak ada sangkut pautnya dengan berbagai mitos klenik. Namun perlu dicatat, gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 merupakan peristiwa langka.
Para astronom atau ahli falak Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Timur merilis setidaknya empat keistimewaan pada gerhana bulan total kali ini yang sangat jarang ditemukan pada gerhana-gerhana sebelumnya. Keistimewaan itu antara lain ada pada kejadiaannya yang bersamaan dengan supermoon, rona bulan merah darah, visibilitas mudah, dan lamanya durasi gerhana.
1. Terjadi saat supermoon
Gerhana bulan 31 Januari 2018 bertepatan dengan posisi bulan berada di titik terdekatnya dengan bumi. Istilah astronominya perigee, atau lebih populer disebut supermoon. Dalam kondisi ini, purnama tampak lebih besar dari biasanya.
Gerhana tersebut juga berlangsung di fase bulan purnama kedua pada Januari 2018 atau dikenal dengan istilah bulan biru (blue moon). Meskipun, rona bulan pada gerhana bulan total tersebut tidak berwarna biru. NASA menjuluki fenomena ini sebagai "super blue blood moon".
Trilogi peristiwa bersamaan, yakni gerhana bulan total, supermoon, dan blue moon, adalah kejadian sangat langka yang bisa dijumpai pada 152 tahun yang lalu atau muncul lagi pada 152 tahun yang akan datang. Artinya, pengalaman menyaksikan fenomena tersebut (bila ada) maksimal cuma satu kali seumur hidup.
2. Tampak merah darah
Atmosfer bumi membiaskan cahaya merah matahari sehingga bulan tidak tampak gelap. Saat bulan berada persis di tengah umbra bumi, ia akan merona dengan warna merah kecokelatan.
3. Visibilitas mudah
Gerhana bulan total kali ini juga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai daerah, mulai dari Sabang sampai Merauke. Kemudahan visibilitas ini terjadi sejak awal hingga tengah malam, dengan atau tanpa teleskop. Tentu saja situasi ini berlaku ketika keadaan cuaca di lokasi pengamatan memang cerah.
4. Durasi gerhana
Keseluruhan gerhana tersebut berlangsung selama 3 jam 23 menit, tepatnya pada pukul 18:48:22 WIB sampai dengan 22:11:11 WIB. Sementara lama gerhana total adalah 1 jam 16 menit yang dimulai pada 19:51:42 WIB sampai dengan 21:07:51 WIB. Namun bila dihitung sejak awal gerhana penumbra peristiwa dimulai pada pukul 17:51:15 WIB.
Lembaga Falakiyah PBNU merinci, setelah gerhana bulan penumbra fenomena alam ini berlanjut dengan gerhana bulan sebagian pada 18:48:27 WIB, awal gerhana bulan total (GBT) pada 19:51:47 WIB, pertengahan/puncak GBT pada 20:29:49 WIB, akhir GBT pada 21:07:51 WIB, akhir gerhana bulan sebagian pada 22:11:11 WIB, dan akhir gerhana bulan penumbra pada 23:08:27 WIB.(adi)
Informasi berdasar pelbagai sumber, termasuk Ibnu Zahid Abdo el-Moeid, anggota Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Timur; Dewan Pakar Lajnah Falakiyah PCNU Kabupaten Gresik.