Sunatullah, Aktivisme-Strategi Komunikasi Berubah Pasca Covid-19
Pandemi Covid-19 memaksa terjadinya perubahan dalam lintas bidang kehidupan kita. Pola komunikasi, perilaku ekonomi dan sekaligus strategi berorganisasi akan berubah, namun subtansi pengabdian akan tetap sama.
Plt. Kepala Pusdatin, Kemendikbud, M. Hasan Chabibie, mengungkapkan hal tu, dalam keterangan Senin, 22 Juni 2020. Hasan Chabibie, juga Plt. Ketua Umum Mahasiswa ahlut-thariqah an-Nahdliyyah (MATAN) dan Ketua PW IPNU Jawa Tengah, periode 2004-2006.
Sebelumnya, beberapa aktivis Nahdlatul Ulama berdiskusi mengenai masa depan organisasi, dalam Halal Bihalal dan Silaturahmi Virtual Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama, beberapa waktu lalu.
Dalam silaturahmi virtual ini, hadir beberapa Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PW IPNU) Jawa Tengah lintas periode. Di antaranya Maman Fathurrahman, Ahmad Syafii, Agus Yahya, M. Hasan Chabibie, Muhaimin, Amir Mustova Zuhdi, Ferial Farkhan, Mohammad Talkhis dan Syaeful Kamaluddin, serta ratusan kader nahdliyyin dan pelajar santri.
Habib Umar Muthohar, yang menyampaikan tusyiah dalam forum itu. Dalam pesannya, Habib Umar menyampaikan bahwa Covid-19 juga membawa hikmah.
"Kalau kemarin-kemarin, masing-masing mantan Ketua IPNU ada kesibukan sendiri-sendiri. Sekarang ini, karena pandemi Covid-19, semua bisa kumpul. Kita bisa menyebutnya barokah.
"Jadi, tidak semuanya dari Corona ini jelek. Barokahnya, kita bisa kumpul bersama," demikian pesan Habib Umar Muthohar.
Dai asal Semarang yang dikenal luas menyampaikan gagasan Islam rahmatan lil-alamin. Habib Umar Muthohar juga sabar mengayomi aktivis muda Nahdliyyin di Jawa Tengah.
Terkait dengan perkembangan organisasi dan masa depan aktivisme, Hasan Chabibie mengungkapkan bahwa kita harus bersiap menghadapi perubahan.
"Ke depan, perilaku ekonomi kita berubah, gaya komunikasi kita berubah, juga gaya belajar kita mengalami perubahan. Pastinya, cara berorganisasi kita juga akan berubah. Yang berubah hanya metodenya, tapi substansi kita mengabdi, belajar dan mengaji, itu akan tetap bermakna sama," terang Hasan, yang sedang berproses program doktor di Universitas Negeri Jakarta.
Menurut Hasan, setiap aktivis organisasi memiliki tiga pengalaman berharga.
Pertama, ada cerita terkait kaderisasi dan organisasi.
Kedua, cerita-cerita menarik terkait persoalan transportasi.
"Pasti ada kisah-kisah unik ketika masing-masing dari kita butuh transportasi, ketika proses kaderisasi. Ketiga, cerita-cerita urusan hati. Ini biasanya menarik dibahas, karena banyak sekali kisah yang bisa dibagikan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Hasan Chabibie mengajak setiap aktifis dan kader Nahdliyyin untuk mewariskan jejak kebaikan.
"Penting untuk ke depan, bersama pelajar se-Jawa Tengah kita mau berbuar apa ke depan. Dan, legacy itu harus ditinggalkan."
Hasan Chabibie menegaskan, ketua organisasi itu datang pilih berganti, tapi legacy itu abadi.
"Tinggalkan legacy yang abadi, pada saat anda memegang ketua organisasi. Itu mungkin 10, 20, 30 tahun, akan terus dikenang oleh orang," jelasnya.
Dalam diskusi, Hasan Chabibie mengajak IPNU dan gerakan pelajar lainnya untuk bersiap mengabdi serta mengeksekusi gagasan yang lebih besar untuk Indonesia, khususnya di bidang pendidikan.
"Ada 60 juta siswa kita, di seluruh Indonesia, libur selama pandemi. Mereka belajar dari rumah karena merebaknya Covid19. Ini juga harus dipikirkan bersama," demikian ajak Hasan.