Hanya Semalam, Ini Kisah Sunan Sendang Dhuwur Boyong Masjid
Makam Sunan Sendang Dhuwur menjadi alternatif destinasi ziarah di Kabupaten Lamongan selain makam Sunan Drajat. Walau tidak sepopuler salah satu dari sembilan penyebar agama Islam di Pulau Jawa itu, makam Sunan Sendang Dhuwur tidak pernah sepi dari peziarah.
"Setiap hari makam Sunan Sendang Dhuwur tidak selalu ramai peziarah. Khususnya pada malam Jumat Kliwon peziarah semakin membludak," kata pengelola makam Sunan Sendang Dhuwur, Saifullah.
Peziarah tidak hanya dari wilayah Lamongan namun banyak dari Jawa Timur bahkan luar pulau Jawa. Selain berziarah di makam salah satu penyebar agama Islam di Kabupaten Lamongan itu, pengunjung juga bisa menikmati kemegahan Masjid Nur Rohmad yang berada di samping makam Sunan Sendang Dhuwur. Masjid tua tersebut merupakan salah satu peninggalan dari Sunan Sendang Dhuwur yang hingga saat ini masih berdiri kokoh dan megah.
Sunan Sendang Dhuwur sendiri, dituturkan Saifullah, memiliki nama asli Raden Noer Rahmad. Lahir pada 1520 M dan wafat tahun 1585 M
"Semasa hidupnya Raden Noer Rahmad termasuk salah satu ulama kharismatik yang turut berjuang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, khususnya di wilayah Lamongan, " tutur Saifullah.
Setelah diwisuda menjadi Sunan oleh Sunan Drajat, Raden Noer Rahmad yang kala itu bermukim di Desa Sendang Dhuwur berkeinginan memiliki masjid sebagai tempat ibadah sekaligus syiar agama Islam. Sayangnya keinginan itu terkendala karena tidak adanya kayu untuk bangunan masjid.
"Beliau kemudian menyampaikan unek-unek nya tersebut kepada Sunan Drajad. Mendengar niatan tulus muridnya itu Sunan Drajat kemudian memerintahkan Sunan Sendang Dhuwur pergi ke wilayah Mantingan, Jepara karena ditempat itu terdapat masjid milik Mbok Rondho Mantingan atau Ratu Kalinyamat," ujar Saifullah lagi.
Kemudian berangkatlah Raden Noer Rahmad menemui Ratu Kalinyamat untuk menanyakan masjid tersebut.Ratu Kalinyamat sendiri merupakan Putri Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak Bintaro.
Setelah bertemu Ratu Kalinyamat, Sunan Sendang Dhuwur menyampaikan pesan dari Sunan Drajad untuk bisa meminta atau membeli masjid milik Ratu Kalinyamat.
"Ratu Kalinyamat tidak keberatan jika masjid miliknya diminta Sunan Sendang Dhuwur namun dengan satu syarat, Sunan Sendang Dhuwur harus bisa memindahkan masjid tersebut hanya dalam waktu satu malam," urai Saifullah.
Jika Allah berkehendak, tidak ada hal muskil yang tidak bisa terjadi. Atas izin Allah Sunan Sendang Dhuwur berhasil memindahkan masjid itu dari Mantingan ke Desa Sendang Dhuwur dalam satu malam.
"Dengan adanya masjid tersebut Sunan Dhuwur bisa lebih mengintensifkan dakwahnya dalam penyebaran agama Islam," imbuh Saifullah.
Masjid Sunan Sendang Dhuwur sendiri, ditambahkan Saifullah sudah dua kali mengalami perombakan. Bekas kayu masjid lama yang di bongkar saat ini masih disimpan di gubuk tidak jauh dari lokasi masjid.
Para peziarah umumnya datang berombongan. Biasanya mereka berziarah ke makam Sunan Sendang Dhuwur setelah berziarah ke makam Sunan Drajat yang hanya berjarak sekitar 5 kilometer.
"Kalau berziarah ke makam Sunan Drajat juga selalu menyempatkan berziarah ke Sunan Sendang Dhuwur. Beliau juga termasuk Sunan yang memiliki peran besar dalam syiar Islam," ujar Sodik peziarah asal Kediri.
Peziarah lainnya Muhammad Lazim menyampaikan dirinya rutin berziarah ke makam Sendang Dhuwur setiap malam Jumat Kliwon. " Rasanya damai setiap berziarah ke makam Sendang Dhuwur," ujar pria asal Palang, Tuban itu.(tok)