Sumber Air Kering Kerontang, Warga Salat Istisqa
Kekeringan akibat kemarau panjang dirasakan warga di belahan selatan Kota Probolinggo. Demi memohon turun hujan kepada Sang Khalik, puluhan warga Kelurahan Sumberwetan, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, menggelar salat Istisqa, Jumat pagi, 27 Desember 2019.
Salat yang dipimpin KH Abdurrazaq itu digelar di dekat mata air Sumberan, yang kondisinya kering kerontang sejak dua bulan silam. Di atas gelaran tikar dilapisi sajadah, puluhan warga tampak khusyuk memohon turunnya hujan. Lokasi ibadah dilaksanakan di bawah teduhnya pepohonan besar di tepi mata air kering.
Usai salat warga menyantap nasi tumpeng sederhana yang disiapkan sejumlah emak-emak warga setempat. “Mudah-mudahan doa kita semua dikabulkan Allah sehingga segera turun hujan,” kata Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin, usai salat.
Seperti diketahui, kemarau panjang membuat mata air Sumberan kering kerontang. “Dari puluhan sumber air, yang kering kerontang hanya satu, mata air Sumberan,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Budi Krisyanto ditemui di lokasi Sumberan.
Sumber-sumber air yang banyak bertebaran di Kota Probolinggo kondisinya memang mengecil tetapi tidak sampai kering. Sumber-sumber itu selama ini dimanfaatkan warga sekitar untuk mandi, cuci, perikanan, hingga wisata.
Soal keringnya Sumberan diakui Taufik, warga Kelurahan Sumberwetan. “Saya sudah sekitar 30 tahunan tinggal di Sumberwetan, baru sekarang ini mata air Sumberan kering,” ujarnya.
Begitu keringnya sampai dasar kolam Sumberan bisa digunakan anak-anak bermain sepakbola dan bersepeda motor. “Sebenarnya sudah sejak empat bulan lalu debit air Sumberan menyusut, tetapi benar-benar kering kerontang sekitar dua bulan lalu,” ujar Kabid Konservasi dan Pertamanan pada DLH, Nelly.
Disinggung penyebab kekeringan sumber tersebut, baik Nelly maupun Taufik sama-sama menyebut dipicu kemarau panjang. “Selain kemarau panjang, mata air Sumberan kering karena banyak disedot sumur-sumur bor di persawahan petani di sekeliling sumber,” ujar Taufik.
Di awal musim kemarau, kata Nelly, DLH sudah mengeruk endapan lumpur di dasar kolam Sumberan. Tujuannya agar sumber air semakin lancar keluar dari dalam tanah. Selain itu sejumlah pohon juga ditanam di sekeliling kawasan mata air di Jalan Nanas itu.
“Tetapi karena faktor alam, kemarau panjang, mata air Sumberan akhirnya kering kerontang,” kata Nelly. Ia berharap hujan segera turun sehingga Sumberan kembali terisi air.
Selama ini warga sekitar sudah membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang mengelola mata air Sumberan. Mata air itu dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar sekaligus pariwisata.
Bahkan demi mengenalkan destinasi wisata di belahan selatan itu, Pemkot Probolinggo sudah menyiapkan aspal hotmix hingga kawasan Sumberan. “Biasanya setiap akhir pekan banyak remaja yang refreshing di Sumberan, ada juga yang memancing ikan,” kata Taufik.
Advertisement