Suku Osing Desa Kemiren Banyuwangi Gelar Ritual Mepe Kasur
Masyarakat suku osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi menggelar ritual 'Mepe Kasur', Kamis, 22 Juni 2023. Dalam bahasa Indonesia mepe Kasur berarti menjemur kasur. Ritual ini adalah rangkaian dari acara Tumpeng Sewu yang merupakan ritual bersih desa.
Dalam ritual Mepe Kasur ini, seluruh warga Desa Kemiren menjemur kasurnya di depan rumah masing-masing. Kasur warga Desa Kemiren memiliki warna khusus yakni hitam pada bagian atas dan bawah serta warna merah pada bagian samping.
Tokoh adat Desa Kemiren, Adi Purwadi mengatakan, Mepe Kasur ini merupakan rangkaian dari acara Tumpeng Sewu yang dulunya dikenal sebagai acara bersih desa.
''Dulunya bersih desa,'' kata sesepuh berusia 63 tahun ini.
Tumpeng Sewu
Menurut Adi Purwadi, bersih desa ini berubah menjadi Tumpeng Sewu sekitar 2005 atau 2006. Mulanya, warga Desa Kemiren melaksanakan bersih desa per lingkungan. Pelaksanaannya juga dilakukan pada waktu yang berbeda.
Pada tahun tersebut, menurutnya, pelaksanaan ritual bersih desa dilaksanakan secara serempak di waktu yang sama. Karena dilakukan bersamaan sehingga jumlah warga yang melaksanakan kegiatan ini sangat banyak.
Dari awalnya dilaksanakan di depan rumah masing-masing warga, lokasinya dialihkan di jalan. Begitu terlihat banyak, kata Dia, akhirnya lahirlah Tumpeng Sewu.
''Adapun Mepe Kasur ikut mewarnai itu,'' kata Adi Purwadi.
Warna Kasur Hitam Merah
Ada nilai keunikan pada kasur di Desa Kemiren. Adi Purwadi menyebut, Kemiren menjadi satu-satunya desa yang memiliki warna kasur yang seragam. Namun ini bukan berarti di Desa Kemiren tidak ada kasur jenis atau warna lain.
“Ini kaitannya dengan adat istiadat,” jelasnya.
Di Desa Kemiren, lanjut Adi Purwadi, keluarga yang mempunyai anak perempuan saat anak perempuannya menikah pasti diberi kasur warna hitam merah oleh orang tuanya. Filosofi warna kasur ini, menurutnya, warna hitam menggambarkan keabadian. Sedangkan warna merah melambangkan kerja keras atau keberanian.
Ritual Bersih Desa
Mepe kasur ini, dilaksanakan bersamaan dengan momen bersih desa. Di mana bersih Desa itu tidak hanya di luar rumah saja yang dibersihkan tapi juga di dalam rumah. Dalam hal ini kasur itulah yang menjadi simbol untuk mewakili pembersihan di dalam rumah.
“Tapi bukan berarti orang Kemiren itu menjemur kasur setahun sekali. Acara ini dipaskan acara bersih desa sangat nyambung sekali ada nilai positif merawat dan membersihkan kasur itu,” ujar Adi Purwadi.
Ritual Mepe Kasur ini, menurut pria yang akrab dipanggil Kang Pur ini, dilaksanakan setiap minggu pertama bulan haji (kalender Jawa) atau bulan Dzulhijjah (kalender Islam). Untuk hari pelaksanaannya ada dua pilihan yaitu Hari Minggu dan Kamis.
“Jadi malam Senin, malam Jumat, karena menurut orang osing pergantian hari itu sebetulnya siang. jadi jam 12.00 WIB itu sudah masuk hari esok,” tuturnya.
Saat ini, tidak semua warga Banyuwangi menjemur kasur saat ritual Mepe Kasur. Sebab, ada warga yang malu untuk mengeluarkan kasurnya karena kondisi kasur yang sudah jelek.
“Kadang-kadang karena mengeluarkan kasur berat, karena keluarganya gak ada jadi gak dikeluarkan,” ujar Adi Purwadi.