Suku Boyan Bawean dan Kisah Koin Emas Okon (Tulisan II)
Suku Boyang, sebutan untuk warga asli Pulau Bawean, mungkin menjadi satu-satunya suku di Jawa Timur yang paling bahagia. Mereka sukses merantau ke negara seberang. Mulai Malaysia, Singapura, Australia serta beberapa lainnya sukses mereka taklukkan.
Sebagian dari perantau Suku Boyan ini, bahkan kini telah menetap di negara-negara itu. Menjadi warga negara setempat, namun tetap saja mereka rajin menyambangi sanak saudara mereka di Pulau Bawean.
Melimpahnya setoran devisa ke Bawean membuat warga Bawean-pun tergolong manja dan terlihat ogah-ogahan untuk bekerja. Mereka biasanya lebih suka untuk hura-hura menikmati kiriman saudara mereka yang berada di luar negeri.
Wargapun lebih suka menghabiskan uang dengan membeli motor-motor keluaran terbaru. Sebagian dari mereka juga menikmati untuk menabung dengan membeli koin-koin emas. Di Bawean sendiri setidaknya ada tiga koin emas yang diburu oleh warga Suku Boyan. Anehnya, tiga koin emas tersebut merupakan koin emas asal Amerika keluaran tahun 1900 an.
Koin-koin yang diburu tersebut yakni koin kecil seukuran uang rupiah pecahan Rp500 kuning yang mereka namai koin "okon". Selain itu juga koin yang mereka namai dengan "rupeah" pake "e" bukan "i" untuk membedakan dengan rupiah, koin ini dua kali lipat lebih besar dari "okon". Sedangkan koin paling besar adalah koin yang mereka namakan "ringgit", dengan besar koin dua kali lipat dari "rupeah".
H Yakub, salah seorang pemilik toko emas di Bawean menuturkan, berat "okon" sekitar 8,300 gram atau kalau dijual setara dengan Rp1,65 juta. Sedangkan untuk "rupeah" seberat 16,600 gram atau setara dengan Rp3,3 juta. Sedangkan "ringgit" yang memiliki berat 33,200 gram dinilai dengan Rp6,600 juta.
"Jual beli tanah biasanya menggunakan koin ini. Selain itu, koin biasanya dimodifikasi untuk dijadikan kalung atau gelang sebagai penanda mereka keturunan Suku Boyan," kata Yakub.
Makanya, di Bawean tak jarang para perempuan menggunakan koin-koin ini sebagai perhiasan utama mereka. Dengan sedikit modifikasi, koin tersebut kemudian dipergunakan sebagai kalung maupun gelang.
Ketika sedang ke pasar, atau hadir pada acara-acara tertentu, para perempuan ini tak jarang mempertontonkan kalung-kalung maupun gelang koin emas mereka. Seakan saling bersaing mereka biasanya memasang kalung di luar jilbab.
Hanya saja tak ada catatan jelas sejak kapan koin emas Amerika tersebut digunakan sebagai mata uang plus perhiasan di Bawean. "Yang pasti, koin emas adalah uang yang paling laku untuk jual beli tanah," kata Ridwan, salah seorang tokoh Bawean. Bersambung.(wah)