Program Presiden Prabowo, DPRD Surabaya Gelar Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SD Kedurus
Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Yona Bagus Widyatmoko menginisasi uji coba program pemberian makanan bergizi gratis (MBG) bagi siswa-siswi kelas 4 hingga kelas 6 di SDN Kedurus I Surabaya, pada Senin 5 November 2024.
Yona menjelaskan, program tersebut diberikan kepada 258 siswa untuk menu sarapan pagi selama satu bulan, terhitung sejak hari ini hingga tanggal 29 November 2024 mendatang.
"Tujuan uji coba MBG ini guna untuk mensukseskan program Presiden RI Prabowo Subianto yang akan berjalan mulai tahun depan. Sekaligus memberikan gambaran jelas untuk evaluasi kendala pelaksanaan MBG dalam skala besar di lapangan," ucapnya, Selasa 5 November 2024.
Pelaksanaan uji coba tersebut, harap Yona, dapat menjadi landasan pengetahuan dasar bagi setiap anggota DPRD Kota Surabaya dalam menjalankan fungsi kontrol ataupun pengawasan saat program tersebut benar-benar dilaksanakan secara serentak di setiap sekolah di Kota Pahlawan.
"Kami berharap teman-teman legislator khususnya bisa memberi saran dan masukan yang sesuai saat pelaksanaan trial and error ini berlangsung hingga akhir November mendatang," tegasnya.
Politikus Gerindra ini juga memaparkan, alasan pihaknya memilih SDN Kedurus I karena lokasinya di wilayah yang tergolong permukiman padat penduduk
"Pun jumlah gamis (keluarga miskin) di daerah tersebut juga cukup banyak, serta banyak siswa yang berangkat sekolah tanpa sarapan. Alasannya karena kedua orang tua siswa-siswi sudah berangkat kerja," tuturnya.
Yona menjabarkan, nilai yang terdapat pada satu paket menu MBG adalah sebesar Rp15 ribu. Anggaran tersebut untuk menu nasi, sayur, lauk, dan buah. Di samping itu, para siswa-siswi juga diberikan susu, yang berasal dari luar anggaran menu pokok.
"Kemasan menggunakan wadah PET sekali pakai. PT Trufindo Asta Mandiri sebagai penyedia juga akan mengambil sampah kemasan setelah disantap anak-anak," urainya.
Yona menerangkan, sampah kemasan tersebut juga akan dijadikan sebagai alat edukasi bagi siswa. "Sekolah juga akan mengedukasi anak untuk mengolahnya di bank sampah," ujarnya.
Untuk menu MBG yang akan disalurkan ke pihak sekolah setiap harinya, Yona menjelaskan, menu makanan tersebut berganti tiap hari agar siswa-siswi tidak bosan, begitu juga dengan kandungan gizi dari makanan tersebut akan dipantau tiap harinya.
Besar kandungan gizi dalam satu paket MBG dibatasi sebesar 900 hingga 1.050 kilo kalori (kkal). Yona menyebut, pemberian kalori itu hanya memenuhi setengah dari kebutuhan harian anak usia 10-12 tahun.
"Pertimbangannya agar anak tidak terlalu kenyang yang justru bisa membuat anak mengantuk dan hilang fokus saat belajar." urainya.
Pemberian kalori yang dibatasi tersebut juga untuk memberikan waktu kepada anak-anak untuk memenuhi sendiri kebutuhan kalorinya saat jam istirahat maupun saat jam pulang sekolah "Misalnya, saat mereka sudah pulang sekolah dan membeli jajan atau makan di kantin," ucapnya.
Yona juga menegaskan, pemberian MBG sengaja diberikan saat waktu pagi hari atau sarapan agar tidak mengganggu kegiatan UMKM di sekitar sekolah. Sehingga saat jam istirahat atau pulang anak-anak masih bisa membeli jajan di kantin ataupun UMKM lainnya di sekitar wilayah sekolah.
Bahwa sebelum pemberian MBG, para siswa-siswi akan diberikan semacam pre test untuk melihat indeks pendidikan mereka. Pun akan dilaksanakan middle test dan post test selama MBG berjalan. Hal ini, menurut Yona, untuk melihat dampak MBG secara riil ketika dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang.
"Program ini memang diselenggarakan untuk jangka waktu yang panjang, bukan yang sekali dan dua kali coba," tegasnya.
Dalam upaya uji coba pemberian MBG tersebut, Yona menjelaskan pihaknya juga menggandeng para akademisi dan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wijaya Putra Surabaya. Mereka akan bertugas untuk melakukan pendampingan serta melihat hasil pre, middle dan post test dari para siswa-siswi yang menerima MBG.
Selain itu, akademisi dan mahasiswa tersebut juga akan melakukan pendampingan dan evaluasi secara psikologis terhadap para siswa-siswi, bila ditemukan hasil pre, middle, maupun post test mereka menurun pasca pemberian MBG.
"Akan dicari penyebabnya, apakah faktor dari dalam sekolah atau luar sekolah, dari lingkungan sekolah atau rumah. Selanjutnya akan dilakukan konseling untuk memberikan bimbingan ke siswa," pungkasnya.