Sukses Pemimpin, Keberhasilan Manusiawi sebagai Masyarakat
Dalam demokrasi banyak jalan meraih cita-cita perjuangan. Dalam politik, sukses seseorang diukur dari keberhasilan memperjuangkan kepentingan-keuntungan seluruh rakyat.
Lalu bagaimana keberhasilan seorang pemimpin bisa diukur?
Berikut renungan Makrifat Pagi "Sukses Pemimpin", bersama Yudi Latif, intelektual Muslim:
Saudaraku, yang tersulit dlm melewati ujian hidup itu bukanlah mengejar sukses manusia sbg individu, melainkan sukses manusia sbg masyarakat.
Kumpulan individu sukses belum tentu melahirkan masyarakat sukses, karena masyarakat sebagai entitas kolektif lebih dari total penjumlahan org per org. Sukses masyarakat memerlukan penyatuan dan koherensi sukses individu ke dalam cita-cita, konsepsi, pranata, gerak, dan maslahat bersama.
Demi sukses masyarakat, individu yang sukses di suatu bidang kadang dituntut bisa menahan diri untuk tidak mengambil peran yg dpt menghambat sukses masyarakat. Pengusaha yang sukses belum tentu bisa jadi pemimpin politik yang sukses.
Dalam memimpin perusahaan, sukses seseorang diukur dari keberhasilan memperjuangkan kepentingan-keuntungan perusahaannya. Dalam politik, sukses seseorang diukur dari keberhasilan memperjuangkan kepentingan-keuntungan seluruh rakyat, yang bisa jadi menuntut pengorbanan perusahaannya sendiri.
Kecerdikan Investasi
Dalam memimpin perusahaan, kesuksesan bisa diraih dengan kecerdikan menginvestasikan uang. Dalam politik, sukses masyarakat justru memerlukan batas moral penetrasi uang.
Begitu pun artis terkenal bahkan lulusan terbaik universitas ternama luar negeri tak otomatis pantas memangku jabatan politik, tanpa kecukupan jam terbang dlm urusan sosial kebangsaan.
Dalam kehidupan publik ditandai oleh retakan dan ketidakadilan sosial, modal kepemimpinan yang diperlukan adalah kemampuan merawat persatuan dan keadilan.
Untuk negara seluas, sebesar dan semajemuk Indonesia diperlukan kepemimpinan negarawan yang memiliki keluasan mentalitas dan tanggung jawab yang lebih besar, melampaui kepentingan ambisinya sendiri.
Agar bisa melayani kepentingan umum, seorang pemimpin harus bisa ber-"puasa" dari godaan nafsu “al- takâstur” (gila harta, kuasa, hormat, popularitas) yang tak ada habisnya hingga masuk liang lahat.
Bagi pemimpin sejati, kebahagian tertinggi terletak dlm kemampuan merengkuh makna terluhur kekuasaan sebagai amanah Tuhan dan rakyat dlm rangka memperjuangkan kebajikan dan kebahagiaan hidup bersama.
(Makrifat Pagi, Yudi Latif)
Sumber: https://www.instagram.com/p/CO3krUohevg/?igshid=1u95pcfxwa74l
Advertisement