Sukses Cangkok Kornea, RS Mata Undaan Siap Jadi Unggulan di Indonesia Timur
Surabaya: Keberhasilan Rumah Sakit Mata Undaan (RSMU) Surabaya melakukan operasi cangkok kornea mata menambah keyakinan tim dokter dan manajemen untuk terus berkembang. Mereka bertekad akan menjadikan RS yang berdiri sejak jaman Belanda ini sebagai pusat perawatan mata terdepan di Indonesia Timur.
''Kami terus meningkatkan kompetensi para dokter untuk perawatan mata secara prima. Bahkan, kami tidak segan-segan mendorong para dokter mengembangkan ilmunya ke luar negeri,'' kata Direktur RS Mata Undaan dr Sujarno kepada ngopibareng.id, Selasa (23/5).
Ia mengemukakan hal itu menanggapi sukses tim dokter yang dipimpin dr Dini Dharmawidiarini melakukan operasi cangkok kornea dengan teknik Descernete Stripping Enditolial Kerastoplasty (DESK). Operasi dengan teknik ini merupakan kali pertama di RSMU dan Indonesia Timur. Tindakan medis dengan pasien berusia 40 tahun itu berlangsung Jumat (19/5) dengan donor kornea dari Filipina.
Tekad manajemen RSMU itu langsung mendapat dukungan Ketua P4M (Perkumpulan Perawatan Penderita Penyakit Mata) Doelatif. ''Tahun ini kita sedang membangun gedung pusat layanan medik untuk menjadikan rumah sakit ini sebagai pusat perawatan mata terbaik di Indonesia Timur,'' tambah Arif Afandi, Wakil Ketua P4M.
Ditambahkan bahwa kemampuan para dokter RSMU sudah memenuhi untuk berkembang lebih maju. Tidak saja memiliki para dokter yang ahli dalam operasi mata yang rumit, tapi juga para dokter bedah plastik. Ke depan, penderita mata di Indonesia Timur tidak perlu ke luar negeri untuk berobat, tapi bisa ditangani RSMU.
P4M dan Manajemen RSMU, lanjut Arif, telah menyiapkan rencana pengembangan jangka menengah dan panjang rumah sakit mata ini. Selain perencanaan SDM dan prasarana gedung, juga telah dirancang investasi peralatan modern untuk perawatan mata. ''Selama ini, kita sudah mulai. Misalnya, peralatan lasik kita sudah termodern,'' tuturnya.
Dokter Jarno --panggilan akrab dr Sujarno-- menambahkan, para dokter di RSMU saat ini sudah memiliki kualifikasi yang bagus untuk semua penanganan mata. Mulai dari katarak, vitreoretina, glaukoma, dan lasik. ''Ke depan kita akan kembangkan unggulan penanganan mata yang lain, termasuk kosmetik,'' tuturnya.
Pengalaman sukses operasi cangkok kornea menambah semangat tim dokter RSMU. Menurut dokter Dini, untuk mengembangkan penanganan di bidang ini, masih diperlukan berbagai langkah. Misalnya, perlunya sistem atau regulasi menegnai pemesanan dan pengambilan donor.
''Kesulitan lain, donor kornea seperti ini gampang rusak jika segera tidak dipakai. Karena itu, operasinya bersifat urgent dan memerlukan koordinasi yang baik dengan bagian kamar operasi dan anestasi,'' kata dokter Dini.
Operasi cangkok kornea di RSMU kali pertama ini berlangsung selama 1,5 jam. Lamanya operasi itu karena selain cangkok kornea mata juga harus menanam lenda pada pasien. ''Kalau tanpa menanam lensa biasanya butuh waktu 30 meneti sampai 1 jam,'' katanya.
Menurut dr Dini, resiko kegagalan operasi cangkok kornea mata ini berfariasi. ''Salah satu jurnal membandingkan, teknik penetrating yang sudah dianggap tradisional punya tingkat kegagalan 15 persen selama 4 tahun. Sedangkan DSEK 4 persen,'' tuturnya. (Frd)