Sukmawati Belajar Agama Hindu Sejak Pimpin PNI Marhaenisme
Sukmawati Soekarnoputri telah selesai menjalankan ritual pindah agama dari Islam ke Hindu, atau Sudhi Wadani, hari ini atau tepat di hari ulang tahun ke-70. Putranya, Muhammad Putra Al Hadad, turut menyaksikan secara langsung ritual pindah agama Sukmawati Soekarnoputri. Rangkaian dilakukan sejak 25, 26, dan puncaknya atau resepsi pada Rabu besok.
"Kemarin telah dilaksanakan upacara melukat yang dimana Ibu Sukmawati telah melakukan upacara penyucian diri di Pantai Utara, Buleleng, yang dipimpin oleh pendeta-pendeta yang dipimpin dan difasilitasi oleh para keluarga dari Balai Agung Singaraja, yang dimana tempat leluhur dari ibunda Bung Karno," ujar Kepala Sukarno Center di Bali, Arya Wedakarna dalam keterangan pers virtual di kawasan Sukarno Heritage Situs Cagar Budaya, rumah asal Nyoman Rai Srimben, ibunda Bung Karno di Jalan Mayor Metra, Bale Agung, Singaraja, Buleleng, Selasa 26 Oktober 2021.
Selanjutnya, kata Arya, Senin malam kemarin petinggi The Soekarno Center di Singaraja melakukan jamuan makan malam terbatas kepada Sukmawati Soekarnoputri. "Dan pada hari ini ada empat upacara, yaitu puncaknya adalah tadi pagi jam 10.00 Wita telah dilaksanakan upacara Sudhi Wadani," kata Arya.
Upacara Sudhi Wadani yang digelar hari ini, lanjut Arya, terdiri dari dua acara, yakni acara seremonial Sukmawati pindah agama dan acara ritual.
"Acara seremonial telah dilakukan langsung di kediaman atau tempat leluhur Bung Karno di Pasek Balai Agung (Singaraja) yang dihadiri oleh Parisada Hindu Dharma, kemudian Pengempon, Penglingsir, dan instansi yang memang terlibat dalam urusan administrasi di depan hukum," jelasnya.
Belajar Agama Hindu
Sukmawati Soekarnoputri mengaku belajar agama Hindu sejak memimpin Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme. Dia mulai mengenal ritual Hindu sejak PNI Marhaenisme safari politik ke Bali, belasan tahun lalu.
Selain ingin kembali agama leluhurkan, Sukmawati Soekarnoputri juga terinspirasi oleh Arya. Ketua DPP PNI Marhaenisme ini selalu menyempatkan diri ke Pura dalam setiap kunjungan kerja.
"Beliau sering mampir ke Pura, ya pasti ada gitu di setiap kunjungan kerja politik PNI," aku adik Megawati Soekarnoputri ini.
Sukmawati Soekarnoputri pun semakin tertarik dengan ajaran Hindu seiring berjalannya waktu. Ia meminta tolong Arya untuk mengurus semua keperluan pindah agama.
"Cara sembahyang Hindu Bali itu lebih bisa meresapi di jiwa ibu gitu. Umur 70 saya merasa sudah waktunya kembali ke agama leluhur," ucapnya.
Selanjutnya, Sukmawati Soekarnoputri menghubungi seluruh keluarga untuk mendapatkan restu.
Profil Sukmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri memutuskan untuk terjun ke panggung politik pada 1998 dengan membangkitkan kembali Partai Nasional Indonesia (PNI) di bawah nama baru PNI Soepeni. Dalam pemilihan umum tahun 1999, partai ini hanya memperoleh 0,36 persen suara.
Akibat performa yang kurang baik, partai ini kemudian berganti nama menjadi PNI Marhaenisme pada 2002 dengan posisi ketua umum dijabat oleh Sukmawati Soekarnoputri. Dalam pemilihan umum 2004, partai ini hanya mampu mengamankan satu kursi di pemerintah setelah memperoleh 0,81 persen suara. Hingga pada pemilihan umum 2009, partai ini kehilangan kursi di pemerintah usai memperoleh 0,3 persen suara.
Pada 2011 silam, Sukmawati Soekarnoputri yang rehat dari dunia politik meluncurkan buku bertajuk Creeping Coup D'Tat Mayjen Suharto. Buku ini berisi kesaksian sejarah kehidupannya selama 15 tahun di Istana Merdeka. Buku itu banyak mengungkap kehidupan Sukmawati Soekarnoputri sejak dilahirkan di Istana Merdeka, ketika sang ayah masih menjabat sebagai presiden hingga usianya menginjak remaja. Sukmawati Soekarnoputri juga memberikan kesaksian bahwa Soeharto telah mengkudeta ayahnya pada 1965-1967.
Menurut Sukmawati Soekarnoputri, saat itu Pangkostrad Mayjen Soeharto beserta anggota militer lainnya menggunakan Surat Perintah 11 Maret 1966 untuk menggulingkan Presiden Soekarno dan mengantarkannya menjadi presiden.
Di sela-sela karir politiknya, Sukmawati Soekarnoputri juga seorang penggiat seni. Ia menyukai seni tari, lukis, dan sastra. Ketertarikan Sukmawati terhadap dunia seni membuatnya sering berkumpul dengan teman sesama seniman di Taman Ismail Marzuki.
Tak hanya itu, Sukmawati Soekarnoputri juga kerap tampiil dalam berbagai acara seni. Salah satunya, dia tampil membacakan puisi karyanya bertajuk Ibu Indonesia dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018. Namun, puisi tersebut mengundang kontroversi dan dinilai mengandung unsur penistaan agama karena membandingkan cadar dan konde serta suara azan dan kidung atau nyanyian.
Kehidupan Rumah Tangga
Di luar urusan politik dan seni, Sukmawati Soekarnoputri diketahui pernah menikah dengan Putra Mahkota Kadipaten Mangkunegaran yaitu Pangeran Sujiwa Kusuma atau mendiang Kanjeng Gusti Pangeran Adhipati Aria (KGPAA) Mangkunegara IX.
Mereka bercerai setelah beberapa tahun berumah tangga. Dari pernikahan singkat itu, mereka dikaruniai dua anak yakni GPH Paundrakarna Sukma Putra (Paundra) dan GRA Putri Agung Suniwati (Menur).
Sukmawati Soekarnoputri lalu menikah dengan Muhammad Hilmy bin Al Haddad dan memiliki seorang anak bernama Muhammad Putra Perwira Utama alias Muhammad Putra Al Hadad. Setelah Muhammad Hilmy meninggal pada 2018 lalu, Sukmawati Soekarnoputri tidak banyak tampil di publik.
Hingga akhirnya Sukmawati Soekarnoputri muncul dengan kabar pindah agama.