Suka dan Duka Guru SLB Menjalani Sekolah Daring
Pandemi Covid-19 membuat sekolah melakukan pembelajaran secara daring atau online. Proses belajar mengajar seperti ini sudah berjalan selama 8 bulan. Tak hanya sekolah umum saja yang melaksanakan pembelajaran daring, siswa-siswa sekolah luar biasa juga melakukan hal yang sama.
Dwi Rahmawati seorang guru dari SMPLB-A YPAB menceritakan, suka dan duka pembelajaran daring bagi murid-muridnya yang berkebutuhan khusus. "Kami membuat materi sendiri untuk bahan pembelajaran anak-anak, biasanya kami lakukan pembelajaran daring lewat WA dan zoom," kata guru mata pembelajan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Bagi anak-anak pada umumnya mengoperasi gadget mungkin bukan hal yang sulit. Tapi bagi anak berkebutuhan khusus hal tersebut membutuhkan upaya yang lebih.
"Kalau anak absen memang pakai voice bukan ketik dan mereka mengunakan aplikasi pembaca layar untuk mempermudah mereka," ungkap Dwi.
Dwi menjelaskan, seperti anak pada umumnya, kebanyakan muridnya juga tidak memahami pelajaran jika dijelaskan secara daring. Alhasil, Dwi dan para guru yang lain harus datang ke rumah muridnya.
Menurut Dwi, setelah beberapa lama berjalam muridnya memang sudah mulai mengerti mengoperasikan gadget. "Kalau HP-nya berbunyi, tinggal digeser-geser, kalau cari menu juga tingga geser. Nanti kalau ketemu apa yang dicari tinggal diketuk dua kali," tuturnya.
Namun, karena kondisi para murid yang tidak bisa melihat, Dwi menceritakan, terkadang saat berlangsung kelas daring anak-anak kurang bisa menempatkan wajahnya pada layar gadget.
"Kadang ada yang kelihatan telinganya saja, ada yang kelihatan rambutnya saja," terang dia.
Untuk membantu kuota internet pembelajaran daring, Pihaknya memberikan bantuan uang sebesar Rp 50.000 untuk membeli kuota. Kendala lainnya yang dialami ialah para murid mudah mengantuk apabila terlalu lama melakukan pembelajaran daring.
"Kami pembelajaran mulai pukul 08.00 hingga 14.00 WIB, flesibel karena kadang-kadang anak-anak ketiduran," ujarnya.
Dwi pun berharap, pandemi segera berakhir agar anak-anak bisa belajar disekolah seperti biasa. Sebab, kalau dirumah anak-anak sendirian tidak ada temannya. "Kalau di sekolahan kan temannya banyak, mereka juga lebih gembira," tutupnya.