Suhu Politik Memanas, Haedar: Hentikan Kekerasan
Suhu politik di Indonesia mulai memanas. Disertai kekerasan, sebagaimana terjadi belakangan di sejumlah daerah, seperti Pekanbaru. Juga ketegangan seperti di Surabaya.
Pro dan kontra soal isu-isu politik maupun dukung-mendukung dan tolak-menolak pasangan calon yang berkontestasi untuk Pemilu 2019 menyeruak ke permukaan. Padahal proses Pemilu akan berlangsung relatif lama sekitar delapan bulan ke depan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengingatkan, jika semua pihak terus berpolitik dengan tensi tinggi dalam memperjuangkan kepentingan politiknya tanpa disertai tanggungjawab moral yang luhur untuk menempatkan kepentingan bangsa yang lebih luas di atas kepentingan politik semata maka dikhawatirkan tarik-menarik dan bentrokan antar anak bangsa akan terus berlangsung panas.
“Semua pihak di tubuh bangsa ini hendaknya bersepakat secara lahir dan batin bahwa dalam menghadapi kontestasi Pemilu 2019 niscaya menghentikan dan tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun, oleh siapapun, dan atasnama apapun,” kata Haedar Nashir.
“Tidak tertutup kemungkinan kekerasan politik akan berlanjut dan menjadi luas atau semakin terbuka, yang tentu saja sangat tidak diharapkan oleh semua pihak di negeri tercinta ini,” jelas Haedar, dikutip ngopibareng.id, Kamis 30 Agustus.
Dengan semangat kebersamaan, menegaskan betapa semuanya adalah satu bangsa, satu tanah air, dan satu negara. Dilandasi oleh spirit agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur yang menjadi fondasi bersama nilai-nilai utama bangsa Indonesia.
“Semua pihak di tubuh bangsa ini hendaknya bersepakat secara lahir dan batin bahwa dalam menghadapi kontestasi Pemilu 2019 niscaya menghentikan dan tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun, oleh siapapun, dan atasnama apapun,” kata Haedar Nashir.
“Karenanya diimbau kepada semua pihak termasuk aparat keamanan serta kalangan partai politik dan organisasi kemasyarakatan untuk mengindahkan komitmen politik yang luhur dan utama,” tegas Haedar. (adi)