Suhu Indonesia Meningkat, El Nino Diprediksi Bertahan hingga 2024
Fenomena La Nina yang memicu curah hujan di Indonesia, berakhir pada Februari 2023. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan fenomena El Nino yang identik dengan suhu panas, berlangsung hingga 2024.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko, menyebut, La Nina sebelumnya telah memicu kemarau basah selama tiga tahun terakhir.
Namun, suhu yang terus meningkat menandai kemunculan El Nino dan semakin menguat.
Dikutip dari CNN Indonesia, fase El Nino mulai berlangsung per Juni, dengan intensitas lemah hingga moderat, dan diprakirakan berakhir pada Maret atau April 2024.
Kemarau di Jawa
Berbeda dengan La Nina, El Nino hadir membawa kemarau. 21 persen wilayah Indonesia telah memasuki kemarau per Mei. 44 persen wilayah lain diperkirakan memasuki kemarau pada Juli hingga September. Sekitar 16 persen lainnya, adalah wilayah yang mengalami musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun.
Sementara, peneliti dan klimatolog BRIN Erma Yulihastin memprakirakan puncak kemarau di Jawa akan berlangsung pada Juli 2023.
El Nino yang sudah bergerak sejak Juni berpotensi menyebabkan kekeringan di Selatan Indonesia, dan meluas ke Jawa, pada Juli.
"Mulai Juni kekeringan akan mulai merambah selatan Indonesia dan berpotensi meluas pada Juli 2023 sehingga Juli dapat menjadi bulan paling kering terutama untuk Pulau Jawa," cuitnya di Twitter.
BMKG juga menyebut, curah hujan yang umumnya hadir pada Juni hingga Agustus, dan September hingga November, akan jauh berkurang akibat El Nino.
Namun BMKG memprakirakan, puncak periode kering dampak El Nino akan muncul pada September Oktober, di sebagian besar wilayah Indonesia.
"Pada periode tersebut radiasi Matahari yang diterima oleh Indonesia akan maksimum, maka tidak heran nanti pada bulan Oktober kita akan mendapatkan laporan suhu udara panas," kata Urip.