Sugeng Tindak Prof Ichlasul Amal, Guru dan Panutan Kami
Oleh: Najib Azca
Ketika terakhir bertemu awal Juni lalu di Bulaksumur, pria berumur 82 tahun itu masih terlihat sehat dan penuh semangat. Hari itu Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, sedang berkunjung dan memberikan Kuliah Umum di UGM. Ibu Menlu ingin bertemu dengan gurunya saat berkuliah di Jurusan Hubungan Internasional UGM, Prof. Ichlasul Amal, yang saat itu sedang ada keperluan di bank kampus.
Ibu menteri berpakaian resmi seperti lazimnya, sementara sang guru hanya berkaos oblong dan bercelana santai. Sang murid salim takzim kepada sang guru bersahaja yang sudah ‘melahirkan’ ratusan pejabat dan guru besar di Indonesia. Kebetulan lewat disitu saya menyaksikan adegan indah itu dg haru.
Pagi ini, 14 November 2024 sekitar pukul 02.40 WIB di RSPI Jakarta, Sang Guru itu berpulang ke keabadian.
Setelah memasuki masa pensiun 12 tahun lalu, ia menghabiskan waktu dengan tetap mengajar di kampus sembari menengok anak dan cucu yang bermukim di ibukota. Beberapa kali kami bertemu di kampus dan beliau selalu bercerita dengan bangga, “aku tetap ngajar lho, Jib.”
Galibnya, ia ditemani dosen muda saat mengajar dan berbagi ilmu dan pengetahuannya yang luas mengenai ilmu politik dan hubungan internasional.
Pria kelahiran Ambulu, Jember, pada 1942 ini akan selalu dikenang sebagai Tokoh Reformasi. Ia menjadi Rektor UGM pada periode genting itu, sejak 1998 hingga 2002. Ketika banyak rector kampus universitas negeri menjauh dari riuh gerakan reformasi, ia justru memilih menaiki dan memimpin gelombang: sebagai Rektor UGM ia mengepalkan tangan mendukung gerakan reformasi.
Seperti yang ditulis oleh Andi Mallarangeng di sebuah grup alumni UGM: “yang bikin dia akan selalu diingat adalah ketika beliau sebagai Rektor UGM mengumumkan dukungan terbuka terhadap Gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa. Dia rektor pertama yang melakukannya…”
Sebagai dosen muda di departemen Sosiologi UGM dan sekaligus jurnalis di tabloid ADIL, saya merupakan salah satu saksinya. Pada 20 Mei 1998 pagi, puluhan ribu mahasiswa, dosen UGM dan masyakarat umum berkumpul di Lapangan Pancasila dipimpin oleh sang rektor, Prof. Ichlasul Amal. Rombongan kemudian melakukan aksi konvoi damai berjalan menuju ke Alun-alun utara depan Keraton Yogyakarta.
Di sepanjang jalan menuju Keraton warga setempat menyambut dan menyediakan minuman dan makanan gratis untuk peserta aksi massa. Hari itu aparat polisi dan tentara juga tidak terlihat mengamankan aksi, digantikan oleh para aktivis Banser Ansor dan Kokam Muhammadiyah yang menyapa ramah para peserta aksi damai itu.
Puncak aksi damai di sepanjang Jalan Malioboro hingga Alun-alun Utara diperkirakan berkumpul satu juta massa. Di depan pagelaran Keraton Yogyakarta, massa disambut oleh Sultan HB X dan KGPAA Paku Alam VIII yang kemudian membacakan Maklumat Mendukung Gerakan Reformasi.
Keesokan harinya, 21 Mei 2024, Soeharto menyatakan mundur dari kursi kepresidenan. Bagi sejumlah penafsir budaya, Soeharto tahu ‘wahyu kekuasaannya’ berakhir ketika UGM dan Kraton Yogyakarta bersatu bersama rakyat mendukung Gerakan reformasi…
Keteguhan Prof Amal sebagai akademisi dan panutan moral teruji ketika menolak tawaran jabatan menteri yang diberikan oleh Presiden BJ Habibie, wakil presiden yang menggantikan Soeharto yang “lengser keprabon” alias meninggalkan kursi kekuasaan merespon protes yang makin meluas.
Peraih gelar master dari Northern Illinois University, Amerika Serikat, pada 1974 dan gelar doctor dari Universitas Monash, Australia, pada 1984 terus berkhidmah di dunia akademik di akhir usia. Pada 2003-2010 beliau terpilih sebagai Ketua Dewan Pers, sebuah Lembaga independen yang dihormati karena integritas moral dirinya sebagai pemimpin.
Mantan Dekan Fisipol UGM pada 1988-1994 ini juga dikenang di kampus sebagai inisiator dan ketua Pembangunan Masjid Kampus UGM pada 1998-2000 dan berlanjut menjadi Ketua Yayasan Masjid Kampus UGM sejak 2000 hingga 2014.
Karena dedikasinya yang kuat dan sungguh-sungguh terhadap proyek pembangunan Masjid Kampus UGM, termasuk memilih sendiri keramik masjid dan membawanya dari Jakarta ke Yogyakarta, di sebuah grup WA seorang guru besar di UGM mengusulkan agar namanya diabadikan sebagai nama masjid Kampus UGM yaitu Masjid Ichlasul Amal.
Sugeng tindak Prof Ichlasul Amal, guru dan teladan ilmu dan kebajikan…
Lahul fatihah 🤲🤲🤲🌹
Bulaksumur, 14 November 2024
Advertisement