Dawet Blauran Suegere Rek...
Fanasssnyaaaa... Fanas-fanas begini enaknya nge-es kali ya. Tapi kalau es kalau terlalu banyak, terlalu duingin, kadang gigi nggak kuat juga. Bisa nyeng nyeng dan cenut-cenut bikin gelisah.
Sepertinya es dawet saja lebih pas. Dawet beras. Isinya bisa pilih tambah ini tambah itu. Terpenting, es batunya bisa dikurangi jumlahnya biar gigi tidak stres.
Dimana ada dawet yang bisa bergoyang citatasanya kalau di Surabaya ya. Emm... pilihan yang pas juga adalah masuk ke dalam Pasar Blauran. Salah satu pasar tua di Surabaya yang bertahan tidak pernah kebakaran. (Biasanya, pasar-pasar tua di Surabaya mati plethesnya karena ditimpa kebakaran).
Masuk Pasar Blauran konsentrasi pada dawet beras dan panganan tradisional lainnya saja yang selalu menggoda hati. Jangan tengok semrawutnya. Jangan noleh kesumpekannya. Konsentrasi dawet seger akan buyar begitu alpa konsentrasi.
Iya, kesemrawutan dan kesumpekan pasar itu sebenarnya yang menjadikan pecinta kuliner tradisional di Surabaya agak enggan bertandang ke sana. Datang sudah dihadang becak. Masuk sudah ke halang parkir sepeda motor (boleh jadi ini parkir liar kali ya, tapi oleh Pemkot Surabaya sepertinya dijarkan saja).
Becak sudah. Parkir sudah. Lalu pedagang yang seenaknya memadati mulut pasar. Mampet jadinya. Belum lagi kalau ada bocah-bocah usia sekolah mengerumuni dan menawarkan ini itu yang jelas tidak dibutuhkan.
Oke, masuk lurus saja. Agak gelap memang. Agak suram sesudahnya. Jangan pedulikan. Dawet seger sudah dekat untuk dicicipi segarnya. Sambutan pertama adalah aneka jajanan, aneka camilan, sebelum akhirnya sampai di tempat per-dawet-an.
Eittt nengok sebentar stand komestik sisi kiri yang dibanjiri perempuan-perempuan cantik. Menawarkan bedak, pelembab wajah, benges bibir, hingga deodoran ketiak. Lalu, lewati sedikit penjual pigura-pigura dan mainan plastik. Di area tengah itulah para padagang dawet berebutan menawarkan kesegaran dagangannya.
Segerrr sudah berada di salah satu stand dawet. Apalagi kalau sudah memesan sesuai selera. Tambah jenang grendulnya, tambah ketan hitamnya, juga yang jenang putih. Komplit sudah. Baru dituangi juruh gula merah cair. Berikut prongkolan es batunya. Huasyikkkkk. Lidah berdecap dan bilang ihhh suegere rek...
Sembari menyantap dawet beras berwarna hijau muda menggoda iman ini, bolehlah tebarkan pandang. Sreettt ketemulah rujak cingur khas Suroboyo. Komplit dengan tampilan cingur sapi di atas meja. Srettt lagi, ketemulah tahu kuning. Bikin gigi semriwing untuk segera menjumut dan mengunyah. Terakhir tahu campur dan lontong mie. Silakan cobai semua kalau isi perut benar-benar minta diisi banyak. (idi)
Advertisement