Sudah Bertauhid, Kenapa Masih Gelisah? Ini Solusinya
Bersamaan dengan penciptaan manusia, Allah menentukan bahwa tingkat keimanan mempengaruhi ketenangan manusia dalam menempuh ujian hidup di dunia.
Memberikan penjelasan, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fathurrahman Kamal menyampaikan makna itu dalam kisah diturunkannya Adam alaihi salam dari surga ke bumi.
“Dalam rangka memenuhi spirit Adam, maka Allah menyatakan turunlah kalian semuanya, barangsiapa mengikuti petunjuk dariku, tidak akan ada ketakutan dan kesedihan,” ungkap Fathurrahman membawakan Surat Al-Baqarah ayat 38.
Dalam ayat tersebut, lafaz ‘hazn’ merujuk pada kedukaan atas masa lalu, dan lafaz ‘khauf’ merujuk pada kedukaan di masa kini dan masa yang akan datang.
Ayat 38 Surat Al-Baqarah, diperkuat oleh ayat 123 Surat Thaha yang menyatakan bahwa manusia dipotensikan menjalin permusuhan dengan sesamanya.
“Persaingan hidup, bisnis, politik dari mikro sampai global akan terjadi. Ini disinyalir sejak awal penciptaan Adam alaihi salam, tapi Allah menyatakan barangsiapa berittiba’ (patuh terhadap firman Allah) tidak akan menyesal dan tidak menderita,” jelasnya, Kamis.
Ayat 124 Surat Thaha pun menjelaskan, pedoman tauhid akan menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat sehingga menurut Fathurrahman, seorang muslim wajib untuk terus memperbarui dan meningkatkan keimanannya dalam menjalani hidup di dunia.
“Jadi kaidah yang bisa kita tarik, kalau ada orang yang merasa bersama Al-Qur’an, bahkan di dalam rumahnya itu ada lebih dari satu Al-Qur’an tapi masih belum merasakan kebahagiann dalam hidup, masih risau pada banyak hal, maka yakinlah ada sesuatu yang bermasalah dengan diri kita dan Al-Qur’an kita. Ada permasalahan kita dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an ini,” pesannya.
“Maka kalau memang demikian, kita ingin melakukan reformasi, dalam kehidupan kita tidak ada pilihan lain selain memperbaiki akidah dan tashawur. Kita harus siap reformasi akidah dan koreksi atas pandangan-pandangan hidup kita,” jelasnya.
“Kita sudah memiliki Al-Qur’an, mari kita perbaiki akidah kita, reformasi lagi keyakinan kita termasuk juga pandangan kehidupan kita yang tidak semata-mata dunia oriented, tapi besok kita akan temui di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala,” tuturnya.
Advertisement