Subsidi Jebol, Alasan Pemerintah Menaikkan Harga BBM
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar plus Pertamax sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Harga ini dibandingkan dengan asumsi APBN 2022 yang hanya 63 dolar Amerika Serikar (AS) per barel.
Sri Mulyani mengatakan, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) diproyeksi tembus 105 dolar AS per barel. Padahal, harga minyak mentah saat pandemi di bawah 70 dolar AS per barel.
"Anggaran subsidi yang selama ini dalam Perpres 98 Tahun 2022 di mana pemerintah sudah menaikkan tiga kali lipat," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers, Sabtu 3 September 2022.
Sri Mulyani memaparkan total alokasi subsidi energi semula hanya sekitar Rp150 triliun. Namun, angkanya melonjak menjadi Rp 502,4 triliun.
"Ini dihitung berdasarkan rata ICP yang bisa mencapai 105 dolar AS per barel, kurs Rp 14.700 per dolar AS dan volume dari Pertalite yang diperkirakan mencapai 29 juta kiloliter (kl), sedangkan volume solar disubsidi adalah 17,44 juta kl," jelas Sri Mulyani.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri ESDM Arifin Tasrif merinci kenaikan harga Pertalite dari yang saat ini hanya Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Sementara harga Solar subsidi menjadi Rp 6.800 per liter dari yang saat ini hanya Rp 5.150 per liter.
Tak hanya Pertalite dan Solar subsidi, harga BBM Pertamax juga mengalami kenaikan dari saat ini Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. "(Kenaikan harga BBM) berlaku pada 14.30 WIB," kata Arifin.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk menambah bantuan sosial (bansos) sebesar Rp24,17 triliun untuk meredam dampak kenaikan harga Pertalite dan Solar subsidi. Bansos itu diberikan dalam tiga bentuk. Pertama, BLT sebesar Rp 150.000 kepada 20,65 juta KPM. BLT itu akan diberikan selama empat bulan dengan total Rp 600.000. Namun, pemerintah menyalurkan bantuan dalam dua tahap kepada KPM.