Suasana Sembayang Imlek di Klenteng Cokro Surabaya
Suasana khusyuk terasa saat memasuki Klenteng Hong San Ko Tee atau Klenteng Cokro. Puluhan umat yang merayakan Imlek datang silih berganti untuk berdoa.
Ibadah utama dimulai dari area klenteng yang berada di luar. Umat berdoa membawa dupa dan membakarnya di atas deretan lilin-lilin yang menyala di segala penjuru klenteng.
Setelah berdoa di klenteng, ritual sembayang pun dilanjutkan dengan membakar Kim Cua atau kertas emas. Para umat juga memenuhi setiap sudut Klenteng, berterimakasih kepada Yang Maha Kuasa atas tahun-tahun yang sudah dilalui.
Selain di klenteng utama, umat juga berdo'a kepada dewa-dewi. Seperti dewi air, dewa tanah, dewa penolong, dewa rezeki dan dewa lainnya untuk memohon keselamatan dan kesehatan.
Pengelola Klenteng Cokro, Sudiman mengatakan, para umat datang ke klenteng untuk berdoa sejak Jumat, 24 Januari 2020 malam, dan diperkirakan masih akan ramai sampai Sabtu malam.
"Kalau hari ini memang banyak yang datang untuk berdoa sendiri-sendiri atau bersama keluarga. Karena doa bersamannya sudah dilakukan pada malam harinya," ungkap Sudiman.
Di tahun tikus logam kali ini, Sudiman juga menitipkan harapan bagi umat dan negeri, agar tetap rukun sesama umat beragama.
"Perayaan tahun baru ini, berharap kesehatan untuk semua umat lebih terjaga dan rejekinya juga lebih lancar. Terutama kerukunan antar umat semoga lebih terjaga. Untuk negeri semoga lebih adem dan guyub, serta dijauhkan dari bencana alam," harapnya.
Begitupula dengan salah satu umat, Tjioe Ngin Un atau yang akrab disapa Awun juga berharap semua umat di Indonesia hidup rukun.
"Kami juga sembahyang bersama agar diberi rezeki oleh Tuhan. Umat manusia semakin rukun dan bangsa bersatu," kata pria berusia 66 tahun itu.
Advertisement