Deg-degan Kaum Muda Milenial saat Nobar Debat Capres
Suasana nonton bareng (nobar) debat capres dan cawapres putaran pertama yang mengusung isu hukum, HAM, korupsi, dan terorisme di Omah Jaman Now, Kamis, 17 Januari 2019 cukup ramai. Meski hanya belasan kaum milenial yang ikut nobar tersebut.
Pantauan ngopibareng.id di awal hingga akhir acara para pemuda yang hadir masih bertahan dan setia menonton aksi adu argumen, yang dilakukan dua pasangan capres-cawapres.
Sempat riuh, ketika pasangan nomor urut 1 yang diminta berargumentasi tentang hak-hak kaum disabilitas. Karena hanya calon presiden saja yang berbicara, sementara calan wakil presidennya hanya diam.
Lidya Victoria, salah satu yang hadir dalam acara nobar mengaku sempat bertanya-tanya kenapa calon wakil presiden nomor urut 1 tidak buka suaranya sampai pertengahan acara.
"Saya fokus ke pasangan nomor urut 1 memang, sempat deg-degan waktu wakilnya tidak berbicara sama sekali, kasian Pak Jokowi, tidak ada yang bantu," kata pegawai pegadaian berusia 24 tahun ini.
Namun penasaran dan iba itu akhirnya terhapus saat KH Ma'aruf Amien mengeluarkan pendapatnya tentang terorisme. Lidya, mengaku langsung lega, akhirnya calon wakil presiden nomor urut 1 itu ikut berpendapat.
Senada Evi Ratnasari yang mengaku berdebar-debar dan iba karena hanya calon presiden nomor urut 1 yang berbicara.
"Tadi saya juga sempet deg-degan, tapi lama-lama menjadi paham bahwa memang ada pembagian porsi dari pasangan capres-cawapres untuk berbicara, bukan yang saling menimpali," ujar perempuan yang juga Koordinator Omah Jaman Now.
Evi, menambahkan sejauh ini ia belum bisa menentukan pilihannya, tapi ia mengaku lebih condong ke pasangan nomor urut 1.
"Sampai saat ini belum menentukan pilihan, tapi saya lebih suka ke Pak Jokowi dan wakilnya. Karena menurut saya Pak Jokowi punya tiga unsur komitmen, konsisten dalam program kerja, konsekuen dalam apapun yang dilakukan. Tapi semua dikembalikan lagi ke masyarakat yang menilai. Itu yang saya lihat sampai saat ini," katanya.
Menurut Evi, paparan pasangan calon nomor urut 2 banyak melontarkan gagasan yang tak sesuai data dan malah menjadi kekeliruan presepsi masyarakat.
"Contohnya tadi waktu menyebut data luas dari Malaysia dan Jawa Tengah itu salah tidak sesuai data, ini bisa jadi blunder di masyarakat," kata Evi. (pts)
Advertisement