Suasana #GejayanMemanggil Mirip Demo 1998
Ribuan massa mahasiswa berkumpul dalam aksi #GejayanMemanggil 2019 kali ini. Mereka berasal dari beragam kampus di Yogyakarta dengan isu utama mengkritik penguasa yang mereka nilai tak lagi berpihak pada rakyat.
Dalam rilis yang mereka berikan setidaknya ada tujuh tuntutan yang disuarakan:
1. Mendesak adanya penundaan untuk melakukan pembahasan ulang terhadap pasal-pasal yang bermasalah dalam RKUHP.
2. Mendesak pemerintah dan DPR untuk merevisi UU KPK yang baru saja disahkan dan menolak segala bentuk pelemahan terhadap upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
3. Menuntut negara untuk mengusut dan mengadili elit-elit yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan di beberapa wilayah di Indonesia.
4. Menolak pasal-pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan yang tidak berpihak pada pekerja.
5. Menolak pasal-pasal problematis dalam RUU Pertanahan yang merupakan bentuk penghianatan terhadap semangat reforma agraria.
6. Mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.
7. Mendorong proses demokratisasi di Indonesia dan menghentikan penangkapan aktivis di berbagai sektor.
"Aksi ini murni dari rakyat dan mahasiswa. Ada pelajar dan pekerja, ini gerakan organik karena suara nurani," kata Koordinator #GejayanMemanggil, Nailendra, Senin, 23 September 2019.
Sementara itu aksi sendiri diikuti oleh ribuan massa mahasiswa. Dari UGM misalnya, ribuan mahasiswa tampak berjalan kaki menuju jalan Gejayan.
Begitu juga kampus lainnya seperti UNY, Sanata Dharma, UMY, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Atma Jaya serta beberapa kampus lainnya di Yogyakarta.
Aksi kali ini mengingatkan kita akan aksi di lokasi yang sama pada 8 Mei 1998. Sayangnya, aksi saat itu sempat berakhir bentrok yang mengakibatkan seorang mahasiwa Universitas Sanata Dharma bernama Moses Gatutkaca tewas.