Suarakan Pembelaan Uighur di AS, Shamsi Ali pun Aksi Demo
Dugaan pelanggaran HAM terhadap Muslim etnis Uighur di Xinjiang, Tiongkok, menarik perhatian masyarakat dunia untuk menyuarakan adanya pembebasan terkait hal itu.
Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu negara yang menentang keras pelanggaran HAM yang selalu dielak oleh Tiongkok.
Aliansi pelajar Muslim-Yahudi di AS turut menyuarakan hal yang sama, untuk adanya penghentian dugaan pelanggaran HAM itu.
Rally (demonstrasi) untuk memberikan dukungan kepada etnis Uighur digelar dengan tema “No blind eye to the genocide” (jangan tutup mata terhadap genosida Uighur).
Shamsi Ali, yang merupakan diaspora Indonesia di New York, AS, turut berpartisipasi dengan menekankan sejumlah hal.
“Tapi, yang terpenting saya hadir dengan wajah manusia. Karena isu Uighur adalah isu kemanusiaan. Karenanya tidak dipahami sebagai isu Islam atau batasan lain.
"Tapi isu Uighur adalah isu kemanusiaan. Dan saya hadir mewakili wajah kemanusiaan yang menentang kesemena-menaan,” ujar ustaz berkewarganegaan Indonesia yang merupakan Direktur Jamaica Muslim Center di New York City itu dalam keterangan resmi, diterima Ngopibareng.id, Rabu 24 Maret 2021.
No blind eye to the genocide
Menurut Shamsi Ali, pemaksaan terhadap etnis Uighur untuk menanggalkan agama dan identitas, jelas merupakan pelanggaran nyata terhadap HAM.
“Ketiga, menekankan sekali lagi bahwa semua manusia terlahir dengan kemuliaan (karomah). Kemuliaan ini adalah “God given” (karunia Tuhan). Sehingga tidak ada siapapun yang berhak merampasnya. Dan karenanya semua manusia berhak untuk dan harus diperlakukan secara mulia (treated with dignity).
"Memaksa kaum Uighur untuk menanggalkan agama dan identitas mereka jelas pelanggaran nyata terhadap hak-hak dasarnya, sekaligus merampas hak kemuliaannya (human dignity),” tegas Shamsi Ali yang juga menjabat sebagai Presiden Nusantara Foundation.
Dalam kesempatan itu pemuka agama asal Indonesia yang banyak dikenal di kalangan masyarakat AS itu, turut mengharapkan pemerintahan Joe Biden akan mengambil sejumlah langkah nyata dalam membela hak-hak kemanusiaan etnis Uighur.
“Mengingatkan kembali Biden akan janji-janjinya untuk membela mereka yang terzholimi, tidak saja di Amerika tapi di seluruh belahan dunia,” ucap Shamsi Ali.
Shamsi Ali mendorong, agar Indonesia turut berkontribusi dalam membela hak-hak etnis Uighur, atas perlakuan yang diterima dari otoritas Tiongkok.
“Sebagai wajah Indonesia. Saya merasa, Indonesia Sebagai negara Muslim terbesar dunia tidak seharusnya diam terhadap kezholiman China terhadap kaum Uighur. Menentang kezholiman itu selain sebagai amanah Islam, juga sekaligus amanah Konstitusi Indonesia,” pungkasnya.
Demonstrasi “No blind eye to the genocide” yang diinisiasi Aliansi pelajar Muslim-Yahudi juga dihadiri tokoh-tokoh agama Yahudi, Kristen dan Islam, anggota Kongress serta para aktivis kemanusiaan.