Suarakan Demokrasi di BDF, Ini Respon Para Diplomat
Menteri Luar Negeri periode 2001-2009 Hassan Wirajuda, mengatakan, Indonesia dinilai layak untuk memimpin dialog mengenai demokrasi, jika berkaca pada berbagai prestasi di dalam negeri.
"Kalau boleh saya mengatakan, terlepas dari kekurangan kita dan tidak bermaksud sombong tapi kita dalam bahasa Inggrisnya "A Shining Example" atau "Contoh yang Bersinar Cemerlang" dalam demokrasi.
Menurut Hassan Wirajuda, pada Pemilu tahun lalu serentak, Presiden, DPR hingga DPRD. Kita tidak ada korban. Di India itu ada korban ratusan, Filipina juga. Tapi, juga damai dan demokratis di Indonesia.
"Prestasi yang orang-orang luar hargai, tapi kadang kita lupakan," ungkap Hassan Wirajuda, dalam keterangan Jumat 11 Desember 2020. Terkait digelarnya Bali Demokrasi Forum (BDF), tahun ini memasuki penyelenggaraannya ke-13.
Menurut Hassan, kiprah Indonesia dalam berdemokrasi dengan aktif mengundang perwakilan negara sahabat hadir dalam BDF, juga dibuktikan dengan jumlah kepesertaan yang tinggi.
"Jadi, kalau kita memimpin proses dialog seperti ini ya memang layak. Ternyata, diapresiasi. Bentuk apresiasi itu kehadiran. 5 tahun lalu jika BDF adalah forum antara pemerintah, seingat saya ada 106 negara yang menjadikan BDF ini forum dialog demokrasi terbesar di dunia.
"Sejak 5 tahun ini kita juga menyertakan konstituen lain diluar pemerintah. Yaitu, civil society (kelompok masyarakat), media dan bisnis," papar pria yang juga pendiri Institut Perdamaian dan Demokrasi itu.
Perhatian Dunia
Dikenal sebagai negara demokrasi terbesar nomor tiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India, Indonesia tentunya mengemban tanggungjawab besar untuk memastikan proses demokrasi di dalam negeri berjalan baik.
Tidak hanya itu, kiprah demokrasi Indonesia di mata masyarakat internasional juga tidak kalah penting.
Upaya Indonesia untuk terlibat dalam proses demokrasi itu, salah satunya dengan menyediakan wadah khusus sejak 2008 yang dikenal sebagai Bali Demokrasi Forum (BDF).Tahun ini BDF memasuki penyelenggaraannya ke-13.
Sesuai dengan namanya, BDF merupakan forum yang dikhususkan untuk membahas, bertukar pengalaman hingga belajar satu sama lain antar peserta dari banyak negara dalam mengimplementasikan demokrasi.
Apresiasi Demokrasi
Sedangkan, terkait tema yang diangkat pada BDF ke-13 "Demokrasi dan Pandemi COVID-19", Hassan Wirajuda menilai, merupakan tema yang relevan dengan kondisi saat ini, meski terdapat pula kekhawatiran terhadap penurunan derajat demokrasi.
"Ada kekhawatiran dengan adanya pandemi akan menurunkan derajat demokrasi. Forum ini dengan tema ini kita berkesempatan utuk mendiskusikan prolog-prolog ini.
"Seperti, misi BDF sejak awal 2008 itu adalah forum dialog dan berbagi pengalaman, termasuk menarik pembelajaran baik dari banyak negara. Tadi ada (peserta forum-red) yang mengatakan hampir setahun tidak keluar (karena pandemi-red). Jadi, ada antusiame disamping temanya menarik untuk didiskusikan," ujar Hassan Wirajuda.
Apresiasi terhadap keputusan Indonesia untuk melaksanakan BDF ke - 13 di tengah pandemi, turut mendapatkan apresiasi dari negara sahabat.
Kolombia misalnya, melalui Duta Besar Juan Camilo Valencia Gonzalez, menyebut, sama seperti halnya pelaksanaan sebelum-sebelumnya, BDF tahun ini tetap memberikan ruang kepada para peserta untuk saling bertukar dan mempelajari pengalaman satu sama lain terkait proses demokrasi.
"Tentu saja banyak hal yang bisa dipelajari bersama, terlebih dalam situasi seperti ini (pandemi-COVID19-red). Dimana demokrasi bisa saja dalam kondisi berbahaya atau tertunda. Hanya karena alasannya adalah orang-orang tidak bisa bertemu satu sama lain untuk menciptakan suatu situasi, yangmana pemerintah harus menciptakan situasi baru agar masyarakat tersebut bisa berpartisipasi," ungkap Gonzalez di sela-sela pelaksanaan BDF ke - 13.
Di sisi lain Gonzalez menilai meski pun ketat, namun penerapan protokol kesehatan selama even berlangsung dipandang sebagai upaya tepat dalam pencegahan penularan COVID-19.
"Kami menghargai itu, sebab hal itu tidak hanya penting bagi kesehatan para pejabat Indonesia, pemerintah, tapi juga untuk kesehatan kita serta keluarga," imbuhnya.
Melihat pentingnya BDF sebagai forum bertukat pikiran maupun diskusi mengenai demokrasi, Gonzalez mengharapkan penyelenggaraan BDFakan semakin besar dan mengakomodir lebih para peserta yang terlibat dari banyak negara.
"Jadi, menurut saya tidak hanya untuk merawat BDF, melainkan membuatnya semakin besar, lebih kuat serta memberikan efek besar kepada banyak orang untuk berpartisipasi dan berekspresi serta membagikan pengalaman mereka. Pengetahuan seperti ini untuk Kolombia adalah sesuatu yang unik," papar Gonzalez.
Penyelenggaraan BDF ke-13 mendapatkan apresiasi dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Gueterres. Dalam video sambutan, Gueterres menekankan secara khusus pentingnya solidaritas internasional hingga kepemimpinan politik di tengah pandemi COVID-19.
"BDF menggarisbawahi pentingnya nilai-nilai panduan inklusi kebebasan dan menghormati satu sama lain. Solidaritas internasional dan kepemimpinan politik sangat penting bersama. Mari kita bekerja untuk perdamaian pembangunan berkelanjutan dan hak asasi manusia," ujar Gueterres.
Apresiasi kepada Indonesia yang menyelenggarakan pertemuan internasional di tengah pandemi, turut disampaikan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang turut menyatakan memiliki optimisme untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam penanganan COVID-19.
"Ekonomi yang tangguh dan stabil, pada akhirnya kesehatan adalah investasi kita dalam stabilitas kemakmuran dan ketahanan. Dan, kami berharap dapat bekerja dengan Indonesia selama masa kepresidenan G20 pada tahun 2022 dan tetap berkomitmen untuk bekerja dalam solidaritas dengan semua negara di wilayah Anda untuk membangun yang lebih sehat, lebih aman, lebih adil dan lebih berkelanjutan di kawasan Asia Pacifik," terang Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut, bagi Indonesia adanya pandemi COVID-19 tidak menjadi penghalang, untuk terus menjalankan proses demokrasi.
"Pandemi tidak boleh melunturkan nilai demokrasi dan di saat yang sama demokrasi tidak boleh menjadi penghalang mengalahkan pandemi. Justru kita yakin bahwa demokrasi merupakan "tools" yang tepat bagi setiap negara, untuk melawan pandemi ini," ujar Retno Marsudi ketika menggelar konferensi pers usai membuka BDF ke - 13.
Meski demikian, Retno menambahkan adanya pandemi COVID-19 tidak menghalangi sejumlah pihak tidak bertanggungjawab, untuk memanfaatkan ruang demokrasi dalam menyebarkan informasi yang tidak benar.
"Tantangan lain yang muncul adalah bagaimana ruang demokrasi digunakan oleh beberapa pihak untuk menyebarkan misinformasi, disinformasi, yang memiliki potensi justru mengganggu penanganan pandemi itu. Di sesi pertama, beberapa menteri juga menghighlight hal itu. Selama pandemi ini tidak boleh menghilangkan komitmen kita terhadap demokrasi," tegasnya.
BDF ke - 13 merupakan konferensi internasional pertama yang digelar Indonesia di tengah pandemi COVID-19, diselenggarkan secara hybrid atau campuran pada Kamis 10 Desember 2020.
Pada pelaksaan virtual setidaknya 1.000 orang dari 71 negara dan 4 organisasi internasional, mengikuti forum yang turut dirangkaikan dengan sesi panel dan mendengarkan pesan dari 11 menteri luar negeri negara sahabat.
Sementara, 44 peserta dari 26 negara dan 3 organisasi internasional hadir secara langsung pada BDF ke-13 di Nusa Dua, Bali.
Advertisement