Suara PDIP di Surabaya Turun, Pengamat: Efek Ekor Jas Prabowo
Rekapitulasi pemilihan legislatif (Pileg) 2024 tingkat Kota Surabaya telah rampung. Hasilnya, suara PDIP mengalami turun dibanding pemilu sebelumnya. Bahkan, PDIP harus kehilangan 4 kursi legislatif pada Pemilu ini.
Peneliti Senior Surabaya Survey Center (SSC) Ikhsan Rosidi mengatakan, menurunnya suara PDI Perjuangan dan naiknya suara Partai Gerindra di Surabaya tak lepas dari coattail effect (efek ekor jas) pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
"Suara Gerindra yang melejit terimbas oleh popularitas Prabowo sebagai capres favorit. Di sisi lain, suara PDIP mengempis karena ditinggalkan Jokowi sebagai ikon partai terpentingnya, dan melempemnya Ganjar-Mahfud dalam mengemban peran sebagai votes getter untuk PDIP," katanya, Kamis, 14 Maret 2024.
Namun menurut Ikhsan, efek ekor jas tersebut tidak terlalu dirasakan oleh partai lainnya yang tergabung dalam koalisi capres-cawapres Prabowo Subianto, seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI). PSI memang mengalami peningkatan kursi ketimbang gelaran pileg sebelumnya, yakni dari 4 kursi menjadi 5 kursi di Pileg 2024.
"PSI percaya diri dapat melipatgandakan perolehan suaranya, dengan melabeli dirinya sebagai Partainya Jokowi dan menempuh jalan instan dengan mengangkat Kaesang Pangarep sebagai ketua umum. Tapi ternyata kenaikan kursi PSI tidak terlalu signifikan seperti halnya yg dialami oleh Gerindra," katanya.
Selain PSI, partai koalisi Prabowo-Gibran lainnya yang tidak kecipratan efek ekor jas Prabowo-Gibran adalah Partai Demokrat. Partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono ini justru kursinya berkurang di Yos Sudarso, dari 4 kursi menjadi 3 kursi saja di periode 2024-2029.
"Demokrat, sebagai salah satu partai pengusung Prabowo-Gibran dalam Pilpres, alih-alih mendapatkan coattail effect, justru malah menurun perolehan kursinya," jelasnya.
Ikhsan membenarkan anggapan bahwa pertarungan Pileg di tingkat kabupaten/kota adalah pertarungan sesungguhnya partai-partai peserta pemilu melalui kekuatan dan kinerja caleg-calegnya.
"Semakin kuat kerja politik, caleg-calegnya semakin besar potensi partai meraup suara," tambahnya.
Ia juga menyatakan, kontestasi Pileg di tingkat kabupaten atau kota adalah cermin langsung dari handal atau tidaknya kinerja struktur dan sumber daya manusia (SDM) partai politik.
"Hal ini dapat dilihat dari konsistennya perolehan kursi Golkar dan PKS sebagai partai-partai yang selama ini dikenal dengan partai kader dengan organisasi kepartaian yang rapi dan modern," pungkasnya